BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Manusia dalam
kehidupannya tidak pernah terlepas dari berbagai permasalahan, baik yang
tergolong sederhana sampai yang kompleks. Semua itu membutuhkan kesiapan mental
untuk menghadapinya. Pada kenyataannya terdapat gangguan mental yang sangat
mengganggu dalam hidup manusia, yang salah satunya adalah depresi. Gangguan
mental emosional ini bisa terjadi pada siapa saja, kapan saja, dari kelompok
mana saja, dan pada segala rentang usia. Bagi penderita depresi ini selalu dibayangi
ketakutan, kengerian, ketidakbahagiaan serta kebencian pada mereka sendiri.
Ibu yang baru saja
mengalami proses reproduksi sangat membutuhkan dukungan psikologis dari
orang-orang terdekatnya. Kurangnya dukungan dari orang-orang terdekat dapat menyebabkan
penurunan psikologis yang akan menyebabkan ibu menjadi depresi.
Depresi biasanya
terjadi saat stress yang dialami oleh seseorang tidak kunjung reda, dan depresi
yang dialami berkorelasi dengan kejadian dramatis yang baru saja terjadi atau
menimpa seseorang. Penyebab depresi bisa dilihat dari faktor biologis (seperti
misalnya karena sakit, pengaruh hormonal, depresi pasca-melahirkan, penurunan
berat yang drastis) dan faktor psikososial (misalnya konflik individual atau
interpersonal, masalah eksistensi, masalah kepribadian, masalah keluarga).
Penyebab depresi dari
faktor biologis salah satunya adalah depresi pasca-melahirkan. Iskandar (2007)
menerangkan bahwa depresi postpartum terjadi karena kurangnya dukungan terhadap
penyesuaian yang dibutuhkan oleh wanita dalam menghadapi aktifitas dan peran
barunya sebagai ibu setelah melahirkan. Depresi Postpartum merupakan problem
psikis sesudah melahirkan seperti kemunculan kecemasan, labilitas perasaan dan
depresi pada ibu.
Perubahan hormon dan
perubahan hidup ibu pasca melahirkan juga dapat dianggap pemicu depresi ini.
Diperkirakan sekitar 50-70% ibu melahirkan menunjukkan gejala-gejala awal
kemunculan depresi postpartum, walau demikian gejala tersebut dapat hilang
secara perlahan karena proses adaptasi dan dukungan keluarga yang tepat.
Sampai saat ini belum
ada alat test khusus yang dapat mendiagnosa secara langsung depresi postpartum.
Secara medis, dokter menyimpulkan beberapa simtom yang tampak dapat disimpulkan
sebagai gangguan depresi postpartum bila memenuhi kriteria gejala yang ada.
Angka kejadian depresi
postpartum di Asia cukup tinggi dan sangat bervariasi antara 26-85% (Iskandar,
2007), sedangkan di Indonesia angka kejadian depresi postpartum antara 50-70%
dari wanita pasca persalinan (Hidayat, 2007).
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apa itu depresi post partum?
2.
Apa etiologi depresi post partum?
3.
Apa patofisiologi depresi post partum?
4.
Bagaimana tanda dan gejala depresi post
partum?
5.
Bagaimana penatalaksanaan depresi post
partum?
6.
Bagaimana pemeriksaan diagnostik depresi
post partum?
7.
Bagaimana prognosis depresi post partum?
8.
Bagaimana komplikasi depresi post
partum?
9.
Bagaimana konsep pengkajian keperawatan
depresi post partum?
10.
Bagaimana diagnosa keperawatan depresi
post partum?
11.
Bagaimana intervensi keperawatan depresi
post partum?
1.3
Tujuan
1.3.1
Tujuan Umum
Mampu
mengetahui secara menyeluruh bagaimana cara penanganan pada gangguan psikologi
post partum.
1.3.2
Tujuan Khusus
Agar
Mahasiswa mengetahui:
1.
Mengetahui definisi depresi post partum.
2.
Mengetahui etiologi depresi post partum
3.
Mengetahui patofisiologi depresi post partum.
4.
Mengetahui tanda dan gejala depresi post
partum.
5.
Mengetahui penatalaksanaan depresi post
partum.
6.
Mengetahui pemeriksaan diagnostik
depresi post partum.
7.
Mengetahui prognosis depresi post partum.
8.
Mengetahui komplikasi depresi post
partum.
9.
Mengetahui konsep pengkajian keperawatan
depresi post partum.
10. Mengetahui
diagnosa keperawatan depresi post partum.
11. Mengetahui
intervensi keperawatan depresi post partum.
12. Sebagai
salah satu tugas maternitas.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Kartono
(2002), menyatakan bahwa depresi adalah keadaan patah hati atau putus asa yang
disertai dengan melemahnya kepekaan terhadap stimulus tertentu, pengurangan
aktivitas fisik maupun mental dan kesulitan dalam berpikir, Lebih lanjut
Kartono menjelaskan bahwa gangguan depresi disertai kecemasan , kegelisahan dan
keresahan, perasaan bersalah, perasaan menurunnya martabat diri atau
kecenderungan bunuh diri.
Trisna
(Hadi, 2004), menyimpulkan bahwa depresi adalah suatu perasaan sendu atau sedih
yang biasanya disertai dengan diperlambatnya gerak dan fungsi tubuh. Mulai dari
perasaan murung sedikit sampai pada keadaan tidak berdaya. Individu yakin tidak
melakukan apa pun untuk mengubahnya dan merasa bahwa respon apa pun yang
dilakukan tidak akan berpengaruh pada hasil yang muncul.
Kaplan
dan Sadock (1998), merupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang
berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk
perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia,
kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta gagasan bunuh diri.
Clydde
(Regina dkk, 2001), bentuk gangguan postpartum yang umum adalah depresi, mudah
marah dan terutama mudah frustasi serta emosional.
Gangguan
mood selama periode postpartum merupakan salah satu gangguan yang paling sering
terjadi pada wanita baik primipara maupun multipara. Menurut DSM-IV, gangguan
pascasalin diklasifikasikan dalam 3 tipe yaitu:
1.
Baby blues
Merupakan
bentuk yang paling ringan dan berlangsung hanya beberapa hari saja. Gejala
berupa perasaan sedih, gelisah, seringkali uring-uringan dan khawatir tanpa
alasan yang jelas. Tahapan baby blues ini hanya berlangsung dalam waktu
beberapa hari saja. Pelan-pelan si ibu dapat pulih kembali dan mulai bisa
menyesuaikan diri dengan kehidupan barunya.
2.
Depresi post partum
Bentuk
yang satu ini lumayan agak berat tingkat keparahannya yang membedakan ibu tidak
bisa tidur atau sulit untuk tidur. Dapat terjadi dua minggu sampai setahun
setelah melahirkan
3.
Psychosis post partum
Jenis
ini adalah yang paling parah. Ibu dapat mengalami halusinasi, memiliki
keinginan untuk bunuh diri. Tak saja psikis si ibu yang nantinya jadi
tergantung secara keseluruhan.
2.2 ETIOLOGI
Disebabkan
karena gangguan hormonal. Hormon yang terkait dengan terjadinya depresi post
partum adalah prolaktin, steroid dan progesterone. Pitt mengemukakan 4 faktor
penyebab depresi post partum:
1.
Faktor konstitusional
Gangguan
post partum berkaitan dengan status paritas adalah riwayat obstetri pasien yang
meliputi riwayat hamil sampai bersalin serta apakah ada komplikasi dari
kehamilan dan persalinan sebelumnya dan terjadi lebih banyak pada wanita
primipara. Wanita primipara lebih umum menderita blues karena setelah
melahirkan wanita primipara berada dalam proses adaptasi, kalau dulu hanya
memikirkan diri sendiri begitu bayi lahir jika ibu tidak paham perannya ia akan
menjadi bingung sementara bayinya harus tetap dirawat.
2.
Faktor fisik
Perubahan
fisik setelah proses kelahiran dan memuncaknya gangguan mental selama 2 minggu
pertama menunjukkan bahwa faktor fisik dihubungkan dengan kelahiran pertama
merupakan faktor penting. Perubahan hormon secara drastis setelah melahirkan
dan periode laten selama dua hari diantara kelahiran dan munculnya gejala.
Perubahan ini sangat berpengaruh pada keseimbangan. Kadang progesteron naik dan
estrogen yang menurun secara cepat setelah melahirkan merupakan faktor penyebab
yang sudah pasti.
3.
Faktor psikologi
Peralihan
yang cepat dari keadaan “dua dalam satu” pada akhir kehamilan menjadi dua
individu yaitu ibu dan anak bergantung pada penyesuaian psikologis individu.
Klaus dan Kennel mengindikasikan pentingnya cinta dalam menanggulangi masa
peralihan ini untuk memulai hubungan baik antara ibu dan anak.
4.
Faktor sosial dan karateristik ibu
Paykel
mengemukakan bahwa pemukiman yang tidak memadai lebih sering menimbulkan
depresi pada ibu – ibu, selain kurangnya dukungan dalam perkawinan.
2.3
PATOFISIOLOGI
Menurut
Kruckman menyatakan terjadinya depresi pascasalin dipengaruhi oleh faktor :
1.
Biologis
Faktor
biologis dijelaskan bahwa depresi postpartum sebagai akibat kadar hormon
seperti estrogen, progesteron dan prolaktin yang terlalu tinggi atau terlalu
rendah dalam masa nifas atau mungkin perubahan hormon tersebut terlalu cepat
atau terlalu lambat.
2.
Karakteristik ibu, yang meliputi :
·
Faktor umur
Sebagian
besar masyarakat percaya bahwa saat yang tepat bagi seseorang perempuan untuk
melahirkan pada usia antara 20–30 tahun, dan hal ini mendukung masalah periode
yang optimal bagi perawatan bayi oleh seorang ibu. Faktor usia perempuan yang
bersangkutan saat kehamilan dan persalinan seringkali dikaitkan dengan kesiapan
mental perempuan tersebut untuk menjadi seorang ibu.
·
Faktor pengalaman
Beberapa
penelitian diantaranya adalah pnelitian yang dilakukan oleh Paykel dan Inwood
(Regina dkk, 2001) mengatakan bahwa depresi pascasalin ini lebih banyak
ditemukan pada perempuan primipara, mengingat bahwa peran seorang ibu dan
segala yang berkaitan dengan bayinya merupakan situasi yang sama sekali baru
bagi dirinya dan dapat menimbulkan stres. Selain itu penelitian yang dilakukan
oleh Le Masters yang melibatkan suami istri muda dari kelas sosial menengah
mengajukan hipotesis bahwa 83% dari mereka mengalami krisis setelah kelahiran bayi
pertama.
·
Faktor pendidikan
Perempuan
yang berpendidikan tinggi menghadapi tekanan sosial dan konflik peran, antara
tuntutan sebagai perempuan yang memiliki dorongan untuk bekerja atau melakukan
aktivitasnya diluar rumah, dengan peran mereka sebagai ibu rumah tangga dan
orang tua dari anak–anak mereka.
·
Faktor selama proses persalinan.
Hal
ini mencakup lamanya persalinan, serta intervensi medis yang digunakan selama
proses persalinan. Diduga semakin besar trauma fisik yang ditimbulkan pada saat
persalinan, maka akan semakin besar pula trauma psikis yang muncul dan
kemungkinan perempuan yang bersangkutan akan menghadapi depresi pascasalin.
·
Faktor dukungan social
Banyaknya
kerabat yang membantu pada saat kehamilan, persalinan dan pascasalin, beban
seorang ibu karena kehamilannya sedikit banyak berkurang.
PATHWAY
2.4
TANDA DAN GEJALA
Gejala yang menonjol dalam depresi post
partum adalah trias depresi yaitu:
1.
Berkurangnya energy
2.
Penurunan efek
3.
Hilang minat (anhedonia)
Ling dan Duff mengatakan bahwa gejala
depresi post partum yang dialami 60% wanita mempunyai karateristik dan spesifik
antara lain:
1.
Trauma terhadap intervensi medis yang
terjadi
2.
Kelelahan dan perubahan mood
3.
Gangguan nafsu makan dan gangguan tidur
4.
Tidak mau berhubungan dengan orang lain
5.
tidak mencintai bayinya dan ingin
menyakiti bayinya atau dirinya sendiri.
2.5
PENATALAKSANAAN
Untuk mencegah
terjadinya depresi post partum sebagai anggota keluarga harus memberikan
dukungan emosional kepada ibu dan jangan mengabaikan ibu bila terlihat sedang
sedih, dan sarankan pada ibu untuk:
1.
Beristirahat dengan baik
2.
Berolahraga yang ringan
3.
Berbagi cerita dengan orang lain
4.
Bersikap fleksible
5.
Bergabung dengan orang-oarang baru
6.
Sarankan untuk berkonsultasi dengan
tenaga medis
Ada cara-cara menghidari atau mengatasi
depresi :
1.
Batasi pengunjung jika kehadiran mereka
ternyata malah mengganggu waktu
istirahat anda
2.
Untuk sementara waktu hindari komsumsi
coklat atau gula dalam jumlah yang berlebihan karena dapat menjadi bahan pemicu
depresi
3.
Perbanyak mendengar musik favorit anda
agar anda dapat merasa lebih rileks disarankan
musik-musik yang menenangkan
4.
Lakukan olahraga atau latihan ringan,
cara ini selain ampuh dalam mengurangi depresi, tapi juga dapat membantu
mengembalikan bentuk tubuh
5.
Sesekali berpergianlah agar anda tak
merasa bosan, karena berada di rumah
6.
Dukungan yang suportif dari suami dan
anggota keluarga lainnya sangat berpengaruh bagi keadaan psikis ibu.
Ada dua macam perawatan depresi :
1.
Terapi bicara
Adalah sesi bicara
dengan terapi, psikologi atau pekerja sosial untuk mengubah apa yang difikir,
rasa dan lakukan oleh penderita akibat menderita depresi.
2.
Obat medis
Obat anti depresi yang
diresepkan oleh dokter, sebelum mengkonsumsi obat anti depresi, sebaiknya
didiskusikan benar obat mana yang tepat dan aman bagi bayi untuk dikonsumsi
oleh ibu hamil atau ibu menyusui.
Penatalaksanaan
1.
Dapat riwayat kesehatan selama priode
antepartum untuk mengidentifikasi resiko
potensial terjadi depresi postpartum
2.
Atur konseling selama periode antepartum
pada klien yang beresiko
3.
Bantuan klien untuk mengatur mekanisme
dukungan yang baik selama periode antepartum jika dia ditanyakan beresiko
terhadap depresi post partum
4.
Dapatkan riwayat kesehatan post partum
yang akurat termasuk demografi, informasi mengenai dukungan dan bantuan dirumah
5.
Kaji proses hubungan ibu dan anak
6.
Tawarkan dukungan, dorongan dan bantuan
kepada klien untuk memahami bahwa perasaan depresi dalam beberapa hari setelah
melahirkan adalah normal
7.
Peningkatan klien bahwa jika depresinya
berlanjut lebih dari beberapa hari dia harus berkonsultasi
8.
Atur konseling selanjutnya jika klien
yang memperlihatkan tanda depresi berlanjut.
2.6
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Tidak ada yang pasti untuk menyakinkan
diagnosis depresi postpartum, hanya dibuat berdasarkan penilaian secara klinik.
2.7
PROGNOSIS
Identifikasi dan
intervensi secara dini prognosenya pada wanita yang mengalami depresi
postpartum adalah baik. Beberapa kasus yang pernah dilaporkan tertangani dengan
baik jika efek depresi post partum ini diketahui sejak awal. Pencegahan yang
paling utama adalah informasi tentang faktor resiko terjadinya depresi
postpartum di masyarakat sebagai nilai penting untuk mencegah terjadinya
depresi ini. Skrining awal terjadinya depresi postpartum ini dapat diketahui
saat ibu membawa bayinya pada tempat pelayanan kesehatan untuk dilakukan
imunisasi sehingga pencegahan terjadinya depresi postpartum dan depresi secara
umum dapat dihindari.
2.8
KOMPLIKASI
1.
Gangguan jiwa dapat meliputi munculnya
gejala:
·
Waham
·
Halusinasi
·
kerusakan psikoafektif
2.
Risiko bunuh diri/mencederai diri
3.
Risiko mencederai anak
2.9
KONSEP PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1.
Aktivitas/ istirahat
Biasanya aktivitas dan istirahat klien
terganggu
2.
Sirkulasi
Biasanya nadi meningkat, (tachikardia),
TD kadang meningkat
3.
Eliminasi
Biasanya klien sering BAK, kadang
terjadi diare
4.
Makanan/ cairan
Biasanya terjadi anoreksia, mual atau
muntah, haus , membrane mukosa kering
5.
Neurosensori
Biasanya klien mengeluh sakit kepala
6.
Pernafasan
Biasanya pernafasan cepat dan dangkal
7.
Nyeri dan ketidaknyamanan
Biasanya terjadi nyeri/ ketidaknyamanan
pada daerah abdomen dan kepala
8.
Integritas Ego
Biasanya klien ansietas, gelisah
9.
Seksualitas
Biasanya seksualitas terganggu dan
penurunan libido
10.
TTV
Biasanya nadi meningkat, pernafasan
meningkat, TD meningkat
2.10 DIAGNOSA
KEPERAWATAN
A.
Koping individu tidak efektif
berhubungan dengan stress kelahiran, konsep diri negative, system pendukung,
yang tidak adekuat
Batasan Karakteristik:
· Gangguan
tidur
· Penyalahgunaan
bahan kimia
· Penurunan
penggunaan dukungan sosial
· Konsentrasi
yang buruk
· Kelelahan
· Problem
solving tidak adekuat
· Mengeluhkan
ketidakmampuan koping atau ketidakmampuan untuk meminta bantuan
· Ketidak
mampuan memenuhi kebutuhan dasar
· Perilaku
merusak terhadap diri atau orang lain
· Ketidakmampuan
memnuhi harapan peran
· Tingkat
kesakitan/penyakit yang tinggi
· Perubahan
dalam pola komunikasi
· Menggunakan
bentuk koping yang meghalangi/mengganggu
perilaku adaptif
· Kurangnya
perilaku yang bertujuan langsung/resolusi masalah, termasuk ketidakmampuan
untuk merawat, dan kesulitan mengorganisasikan informasi
B.
Kecemasan berhubungan dengan stress
psikologi
Batasan karakteristik :
1)
Perilaku
· Penurunan
produktivitas
· Gelisah
· Insomnia
· Resah
2)
Afektif
· Kesedihan
yang mendalam
· Takut
· Gugup
· Mudah
tersinggung
· Nyeri
hebat
· Ketakutan
· Distres
· Khawatir
· Cemas
·
3)
Fisiologi
· Goyah
· Peningkatan
respirasi (simpatis)
· Peningkatan
keringat
· Wajah
tegang
· Anoreksia
(simpatis)
· Kelelahan
(parasimpatis)
· Gugup
(simpatis)
· Mual
(parasimapatis)
· Pusing
(parasimpatis)
4)
Kognitif
· Bingung
· Kerusakan
perhatian
· Ketakutan
terhadap hal yang tidak jelas
· Sulit
berkonsentrasi
C.
Kerusakan interaksi sosial berhubungan
dengan depresi berat
Batasan Karakteristik :
· Mengungkapka
/menunjukan ketidakmampuan untuk menerima atau mengkomunikasikan rasa kepuasan,
rasa memiliki, menyayangi, ketertarikan atau membagi pengalaman
· Mengungkapkan
/ menunjukan ketidaknyamanan dalam situasi sosial
· Menunjukkan
penggunaan perilaku interaksi social tidak berhasil
· Keluarga
melaporkan perubahan gaya hidup atau pola interaksi
D.
Kerusakan pola tidur berhubungan dengan kelelahan,
kekhawatiran financial
Batasan
karakteristik :
· Terbangun
dalam waktu lama
· Insomnia
dalam waktu lama
· Kerusakan
pola normal karena diri sendiri
· Insomnia
pagi hari
· Terbangun
lebih awal atau terlambat bangun
· Mengeluh
untuk mulai tidur
· Tidur
tidak puas
· Tiga
kali atau lebih bangun di malam hari.
E.
Risiko kekerasan terhadap diri sendiri
berhubungan dengan status emosional post partum
Batasan karakteristik :
· Putus
asa
· Penolakan
· Cemas
· Panic
· Mudah
marah
· Permusuhan
2.11 INTERVENSI
KEPERAWATAN
A.
Diagnose 1 : Koping individu tidak
efektif
NOC : Anxiety Control (1402)
Indikasi :
-
Kontrol instensitas cemas
-
Eliminasi tanda cemas
-
Menggunakan strategi koping efektif
-
Menggunakan teknik relaksasi untuk
menekan kecemasan
NIC : Counseling (5240)
Aktivitas :
1.
Beri dorongan kepada pasien untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaan untuk mengeksternalisasikan kecemasan.
2.
Bantu pasien untuk menfokuskan pada
situasi saat ini, sebagai alat untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang
dibutuhkan untuk mengurangi kecemasan.
3.
Sediakan pengalihan melalui televise,
radio, permainan serta terapi okupasi untuk mengurangi kecemasan dan memperluas
focus.
4.
Sediakan penguatan yang positif ketika
apsien mampu meneruskan aktivitas sehari-hari dan lainnnya meskipun mengalami
Kecemasan.
B.
Diagnosa 2 : Kecemasan
NOC : Anxiety Control (1402)
Indikasi :
-
Kontrol instensitas cemas
-
Eliminasi tanda cemas
-
Menggunakan strategi koping efektif
-
Menggunakan teknik relaksasi untuk menekankecemasan
NIC : Counseling (5240)
Aktivitas :
1.
Beri dorongan kepada pasien untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaan untuk mengeksternalisasikan kecemasan.
2.
Bantu pasien untuk menfokuskan pada
situasi saat ini, sebagai alat untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang
dibutuhkan untuk mengurangi kecemasan.
3.
Sediakan pengalihan melalui televise,
radio, permainan serta terapi okupasi untuk mengurangi kecemasan dan memperluas
focus.
4.
Sediakan penguatan yang positif ketika
apsien mampu meneruskan aktivitas sehari-hari dan lainnnya meskipun mengalami
Kecemasan.
C.
Diagnosa 3 : Kerusakan interaksi soial
NOC : Social Interaction Skill (1502)
-
Pengungkapan,
-
Kesiapan
-
Kerjasama
-
Kepekaan
-
Konfrontasi
-
Pertimbangan
-
Kehangatan
-
Ketenangan
-
Relaksasi
-
Keterlibatan
-
Kepercayaan dan Kompromi
NIC :
1.
mendorong keterlibatan ditingkatkan
dalam hubungan yang sudah ditetapkan
2.
mendorong pasien dalam pengembangan
hubungan
3.
mendorong untuk berhubungan dengan orang
lain
4.
mendorong untuk beraktivitas dalam
masyarakat / social
5.
mendorong untuk berbagi masalah dengan
orang lain
D.
Diagnosa 4 : Gangguan istirahat dan
tidur
NOC : REST (0003)
Indikasi
:
-
Banyaknya tidur
-
Pola tidur
-
Kualitas tidur
-
Tidur fisik (ketenangan)
NIC : SLEEP ENHACEMENT (1850)
Aktivitas :
1.
Pantau pola tidur dan catat hubungan
faktor-faktor fisik
2.
Hindari suara keras dan penggunaan lampu
saat tidur malam
3.
Cari teman sekamar yang cocok bagi
pasien, jika memungkinkan.
4.
Ajarkan pada pasien untuk menghindari
makanan dan minuman pada jam tidur yang dapat mengganggu tidur
5.
Berikan tidur siang jika diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan tidur
E.
Diagnosa 5 : Risiko kekerasan terhadap
diri sendiri
NOC :
-
Interaksi sosial
-
Tanda-tanda akan melakukan kekerasan
seperti ingin marah, jengkel, ingin merusak, memukul,dll.
-
Mengenal penanganan klien dengan
perilaku kekerasan
-
Penanganan klien dengan perilaku
kekerasan
-
Bantuan yang adaptif pada klien dengan
perilaku kekerasan
-
Cara yang dipilih untuk membantu merubah
perilaku klien
-
Tingkat kemarahan
NIC :
a.
Bantuan kontrol marah
1.
Prinsip komunikasi terapeutik
2.
Pertahankan konsistensi sikap
(terbuka,tepati janji, hindari kesan negatif)
3.
Gunakan tahap-tahap interaksi
dengantepat
4.
Observasi tanda-tanda perilaku kekerasan
padaklien
5.
Bantu klien mengidentifikasi tanda-tanda
perilakukekerasan : (emosi, fisik, social, spiritual,)
6.
Jelaskan pada klien tentang respon marah
7.
Dukung dan fasilitasi klien untuk
mencari bantuansaat muncul marah
8.
Diskusikan bersama klien pangaruh
negatif perilaku kekerasan terhadap
dirinya, orang laindan lingkungan
b.
Libatkan keluarga dalam perawatan klien
1.
Identifikasi kultur, peran, dan
situasikeluarga dalam pengaruhnya terhadap perilaku klien
2.
Berikan informasi yang tepat tentang
penanganan klien dengan perilaku marahkekerasan
3.
Ajarkan ketrampilan koping efektif
yangdigunakan untuk penangannan klien perilakukekerasand.berikan konseling pada
keluarga
4.
Bantu keluarga memilih untuk menentukan
dalam penanganan klien dengan perilakukekerasan
5.
Fasilitasi pertemuan keluarga dengan
pemberi perawatan
6.
Beri kesempatan pada keluarga untuk
mendiskusikan cara yang dipilih
7.
Anjurkan pada keluarga untuk
menerapkancara yang dipilih
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Depresi
postpartum adalah gangguan emosional pasca persalinan yang bervariasi, terjadi
pada 10 hari pertama masa setelah melahirkan dan berlangsung terus - menerus
sampai 6 bulan bahkan sampai satu tahun.
Faktor
penyebab depresi postpartum adalah faktor konstitusional, faktor fisik yang
terjadi karena adanya ketidakseimbangan hormonal, faktor psikologi, faktor
sosial dan karakteristik ibu, dengan gejala–gejalanya antara lain adalah trauma
terhadap intervensi medis yang dialami, kelelahan, perubahan mood, gangguan
nafsu makan, gangguan tidur, tidak mau berhubungan dengan orang lain, tidak
mencintai bayinya, ingin menyakiti bayi atau dirinya sendiri atau keduanya.
Untuk
mengatasi depresi tersebut dibutuhkan pendekatan dalam pemecahan masalah yang
sistematis untuk memberikan asuhan keperawatan terhadap setiap orang (ibu yang
mengalami depresi).
Proses
keperawatan secara umum diartikan sebagai pendekatan dalam pemecahan masalah
yang sistematis untuk memberikan asuhan keperawatan terhadap setiap orang.
Adapun hal-hal yang
perlu diperhatikan selama pengkajian antara lain:
1.
Memahami secara keseluruhan situasi yang
sedang dihadapi oleh klien dengan cara memperhatikan kondisi fisik, psikologi,
emosi, sosialkultural, dan spiritual yagn bisa mempengaruhi status
kesehatannya.
2.
Mengumpulkan semua informasi yang
bersangkutan dengan masa lalu, saat ini bahkan bahkan sesuatu yang berpotensi
menjadi masalah bagi klien guna membuat suatu database yang lengkap. Data yang
terkumpul berasal dari perawat-klien selama berinteraksi dan sumber yang lain.
3.
Memahami bahwa klien adalah sumber
informasi primer.
4.
Sumber informasi sekunder meliputi
anggota keluarga, orang yang berperan penting dan catatan kesehatan klien.
3.2
Saran
Sehubungan
dengan rumitnya kondisi pasien dengan depresi postpartum maka diharapkan dalam
pelaksanaan perawatan dalam hal ini pemberian asuhan keperawatan memperhatikan
hal-hal yang berhubungan dengan teori persepsi, antara lain :
-
Perubahan dalam pemenuhan kebutuhan
manusia sangat dipengaruhi oleh persepsi individu yang berbeda antara satu
dengan yang lain. Hal ini akan membawa konsekwensi terhadap permasalahan
keperawatan yang ditegakan pada setiap individu. Meskipun sumber masalah yang
dihadapinya sama, akan tetapi setiap individu memiliki persepsi dan respon yang
berbeda-beda. Misalnya, walaupun kedua pasien mengalami penyakit / masalah yang
sama, akan tetapi permasalahan keperawatan yang dihadapi tidak mesti sama.
-
Untuk memahami arti persepsi, maka
seseorang harus mengadakan pendekatan melalui karakteristik individu yang
mempersepsikan dalam situasi yang memunyai makna bagi kita. Makna di sini
mengandung arti penjabaran dari persepsi, ingatan, dan tindakan. Dengan demikian
persepsi memiliki arti penting dalam kehidupan, dimana kira bisa mengumpulkan
data dari informasi tentang diri sendiri, kebutuhan manusia, dan lingkungan
sekitar.
DAFTAR
PUSTAKA
Budi
Santosa. Panduan Diagnosa Keperawatan – Nanda 2005-2006. Prima Medika : Jakarta
Johnson,
Marion,dkk. Nursing Outcome Classification (NOC). St. Louis, Missouri: Mosby
Yearbook,Inc.
Mc.
Closkey, Joanne. 1996. Nursing Intervention Classsification (NIC). St. Louis,
Missouri: Mosby Yearbook,Inc.
Nursalam,
2001, Proses & Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Praktek, Salemba Medika,
Jakarta.
Http://Www.Scribd.Com/Doc/23775250/Depresi-Post-Partum
diakses pada hari minggu tanggal 28 April 2013 pukul 20:25 wita.
Http://Klinis.Wordpress.Com/2007/12/29/Depresi-Postpartum/
diakses pada hari minggu tanggal 28 April 2013 pukul 20:30 wita.
http://dwilson-wilson.blogspot.com/2011/10/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
diakses pada hari minggu tanggal 28 April 2013 pukul 20:32 wita.
http://hilal-setyawan.blogspot.com/2012/06/asuhan-keperawatan-depresi-post-partum.html
diakses
pada hari minggu tanggal 28 April 2013 pukul 20:35 wita.
http://hilal-setyawan.blogspot.com/2012/06/asuhan-keperawatan-depresi-post-partum.html
diakses
pada hari minggu tanggal 28 April 2013 pukul 20:39 wita.
http://ulphi09.blogspot.com/2013/03/askep-depresi-post-partum.html
diakses
pada hari minggu tanggal 28 April 2013 pukul 20:42 wita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar