A.
TINJAUAN
TEORITIS SECTIO CAESAREA
1.
Pengertian
sectio caesarea
Seksio secaria merupakan prosedur operatif, yang di
lakukan di bawah anestesia sehingga janin, plasentadan ketuban di lahirkan
melalui insisi dinding abdomendan uterus. Prosedurini biasanya di lakukan
setelah viabilitas tercapai ( mis, usia kehamilan lebih dari 24 minggu ).(Buku
Ajar bidan,Myles,edisi 14.2011.hal:567).
Sectio sesarea adalah pengeluaran janin melalui
insisi abdomen. Teknik ini digunakan jika kondisi ibu menimbulkan distres pada
janin atau jika telah terjadi distres janin. Sebagian kelainan yang sering
memicu tindakan ini adalah malposisi janin, plasenta previa, diabetes ibu, dan
disproporsi sefalopelvis janin dan ibu. Sectio sesarea dapat merupakan
prosedur elektif atau darurat .Untuk
sectio caesarea biasanya dilakukan anestesi spinal atau epidural. Apabila
dipilih anestesi umum, maka persiapan dan pemasangan duk dilakukan sebelum
induksi untuk mengurangi efek depresif obat anestesi pada bayi .(Buku pre
operatif .arif muttaqin.2010.hal:507)
Sectio caesarea adalah melahirkan janin melalui
insisi pada dinding abdomen
(laparotomi)dan dinding uterus (histerotomi).Definisi ini tidak mencakup
pengeluaran janin dari rongga abdomen pada kasus rupture uteri atau pada kasus
kehamilan abdomen. (obstetri williams,2005).
Kesimpulan dari ketiga pengertian diatas yaitu, Sectio
caesarea adalah pengeluaran janin melalui insisi dinding abdomen. Teknik ini
digunakan jika kondisi ibu menimbulkan distres pada janin atau jika telah
terjadi distres janin. Sebagian kelainan yang sering memicu tindakan ini adalah
malposisi janin, plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis
janin dan ibu.
2.
Etiologi
Indikasi
kelahiran dengan bedah sesar
Absolute
|
Relative
|
|
Ibu
|
a
Indikasi persalinan yang gagal
b
Proses persalinan tidak maju
(distosia persalinan)
c. Disproporsi
sefalopelvik(panggul sempit
|
a
Bedah sesar elektif berulang
b
Penyakit ibu (pre eklamsi
berat,penyakit diabetes,kanker serviks)
|
Utero plasenta
|
a. Bedah
uterus sebelumnya (sesar klasik)
b. Riwayat
ruptur uterus
c. Obstruksi
jalan lahir (fibroid)
d. Plasenta
previa,abruption plasenta berukuran besar
|
a. Riwayat
bedah uterus sebelumnya miomektomi dengan ketebalan penuh)
b. Presentasi
funik(tali pusat)pada saat persalinan
|
Janin
|
a. Gawat
janin/hasil pemeriksaan janin yang tidak meyakinkan
b. Prolaps
tali pusat
c. Malpresentasi
janin (posisi melintang)
|
a. Mal
presentasi janin(sungsang ,presentasi alis ,presentasi gabingan )
b. Makrosomia
c. Kelainan
janin (hidrosefalus)
|
Sumber
:errol norwis,buku anatomi 2011
3.
Patofisiologi
Adanya
beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan bayi tidak
dapat lahir secara normal / spontan, misalnya plasenta previa sentralis dan
lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture uteri mengancam,
partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks, dan
malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan
pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan
anestesi yang akan menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan
menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan
kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas
perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan
diri.
Kurangnya
informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan perawatan post operasi
akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu, dalam proses pembedahan
juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga menyebabkan
terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf - saraf di
sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan
prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses
pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post op,
yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah risiko
infeksi.
4. Pemeriksaan penunjang
a. Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht)
untuk mengkaji perubahan dari kadar pra operasi dan mengevaluasi efek
kehilangan darah pada pembedahan.
b. Leukosit (WBC) mengidentifikasi
adanya infeksi
c. Tes golongan darah, lama perdarahan,
waktu pembekuan darah
d. Urinalisis / kultur urine
e. Pemeriksaan elektrolit.
5.
Penatalaksanaan Medis Post SC
a. Pemberian cairan
Karena
6 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan perintavena
harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi hipotermi,
dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa
diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah
tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi darah
sesuai kebutuhan.
b. Diet
Pemberian
cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu dimulailah
pemberian minuman dan makanan peroral.Pemberian minuman dengan jumlah yang
sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 8 jam pasca operasi, berupa air putih
dan air teh.
c. Mobilisasi
Mobilisasi
dilakukan secara bertahap meliputi :
1) Miring kanan dan kiri dapat dimulai
sejak 6 - 8 jam setelah operasi
2) Latihan
pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini mungkin
setelah sadar
3) Hari pertama
post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk
bernafas dalam lalu menghembuskannya.
4) Kemudian posisi
tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk (semifowler)
5) Selanjutnya
selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar duduk selama
sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri, dan pada hari ke-3
pasca operasi.pasien bisa dipulangkan
d. Kateterisasi
Kandung
kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada penderita,
menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan.Kateter
biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan
keadaan penderita.
e.
Pemberian obat-obatan
1. Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian
antibiotic sangat berbeda-beda setiap institusi
2. Analgetik dan obat untuk
memperlancar kerja saluran pencernaan
1) Supositoria = ketopropen sup 2x/24
jam
2) Oral =
tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
3) Injeksi =
penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu
3. Obat-obatan lain
Untuk
meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat diberikan caboransia
seperti neurobian I vit. C.
f. Perawatan luka
Kondisi
balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan berdarah harus
dibuka dan diganti.
g. Perawatan rutin
Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan darah, nadi,dan
pernafasan.
6.
Komplikasi
a. Infeksi Puerperalis
Komplikasi ini
bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas
atau dapat juga bersifat berat, misalnya peritonitis, sepsis dan lain-lain.
Infeksi post operasi terjadi apabila sebelum pembedahan sudah ada gejala -
gejala infeksi intrapartum atau ada faktor - faktor yang merupakan predisposisi
terhadap kelainan itu (partus lama khususnya setelah ketuban pecah, tindakan
vaginal sebelumnya). Bahaya infeksi dapat diperkecil dengan pemberian
antibiotika, tetapi tidak dapat dihilangkan sama sekali, terutama SC klasik
dalam hal ini lebih berbahaya daripada SC transperitonealis profunda.
b. Perdarahan
Perdarahan
banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang arteria uterina ikut
terbuka atau karena atonia uteri
c. Komplikasi - komplikasi lain seperti
:
1) Luka kandung kemih
2) Embolisme paru – paru
3) Suatu komplikasi yang baru kemudian
tampak ialah kurang kuatnya perut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan
berikutnya bisa terjadi ruptura uteri. Kemungkinan hal ini lebih banyak
ditemukan sesudah sectio caesarea klasik.
7. Prognosis
1) Dengan kemajuan teknik pembedahan,
adanya antibiotika dan persediaan darah yang cukup, pelaksanaan sectio ceesarea
sekarang jauh lebih aman dari pada dahulu.
2) Angka kematian di rumah sakit dengan
fasilitas baik dan tenaga yang kompeten < 2/1000. Faktor - faktor yang
mempengaruhi morbiditas pembedahan adalah kelainan atau gangguan yang menjadi
indikasi pembedahan dan lamanya persalinan berlangsung.
3) Anak yang dilahirkan dengan sectio
caesaria nasibnya tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan
sectio caesarea. Menurut statistik, di negara - negara dengan pengawasan
antenatal dan intranatal yang baik, angka kematian perinatal sekitar 4 - 7%.
8. Klasifikasi sectio
caesarea
1.
Insisi Abdomen
a. InsisiVertikal
Insisi
vertical garistengahinfraumbilikus adalah insisi yang paling cepatdibuat.Insisiiniharuscukuppanjang
agar janindapatlahirtanpakesulitan.Olehkarenanya, panjangharus sesuaidengantaksiranukuranjanin
b. Insisi
Transversal/Lintang
Kulitdanjaringansubkutandisayatdenganmenggunakan
insisi transversal rendah sedikit melengkung.Insisi kulit transversal jelas
memiliki keunggulan kosmetik .walaupun sebagian orang beranggapan bahwa insisi
ini lebih kuat dan kecil kemungkinannya terlepas ,insisi ini juga memiliki
kekurangan,pada sebagian wanita pemajanan uterus yang hamil dan apendiksnya
tidak sebaik pada insisi vertical.
c. Insisi
Uterus
Suatuinsisi
vertical kedalamkorpus uterus diatassegmenbawah uterus danmencapai fundus
uterus namuntindakaninisudahjarangdigunakansaatini.
Keuntungannya
adalah menghindari risiko robekan ke pembuluh darah uterus,kemampuan untuk
memperluas insisi jika diperlukan ,hanya pada segment bawah saja.
Untuk
presentasi kepala,insisi tranversal melalui segment bawah uterus merupakan
tindakan pilihan.secara umum,insisi transversal:
1. Lebih
mudah di perbaiki
2. Terletak
ditempat yang paling kecil kemungkinannya rupture disertai keluarnya janin ke
rongga abdomen pada kehamilan berikutnya
3. Tidak
menyebabkan perleketan usus atau omentum ke garis insisi..
d. Tekniki
sisisesareaklasik
Kadang-kadangperludilakukaninsisiklasikuntukmelahirkanjanin.Beberapaindikasinyaadalah
:
1. Apabilasegmenbawah
uterus tidakdapatdipajankanataudimasukidenganamankarenakandungkemihmelekateratakibatpembedahansebelumnya,atauapabilasebuahmiomamenempatisegmenbawah
uterus atauapabilaterdapatkarsinoma invasive diserviks.
2. Apabila
janin berukuran besar dan terletak melintang ,terutama apabila selaput ketuban
sudah pecah dan bahu terjepit jalan lahir.
3. Pada
sebagian kasus plasenta previa dengan implantasi anterior
4. Pada
sebagian kasus janin yang sengat kecil terutama dengan presentasi bokong yang
segment bawah uterusnya tidak menipis.
5. Pada
sebagian kasus ibu dengan obesitas berat yang hanya memungkinan untuk menakses
bagianatas uterus saja.
e. Seksio
sesarea ekstra peritoneum
Tujuan
operasi adalah untuk membuka uterus secara ekstra peritoneum dengan melakukan
diseksi melalui ruang retzius dan kemudian disepanjang salah satu dan di
belakang kandung kemih untuk mencapai segmen bawah uterus.
Prosedur
ini hanya berlangsung singkat sebagian besar mungkin karena tersedianya
berbagai obat antimikroba yang efektif.
f. Seksio
sesarea postmortem
Kadang-kadang
seksio sesarea dilakukan pada seorang wanita yang baru meninggal atau yang
diperkirakan tidak lama lagi akan meninggal.pada situasi seperti iniprognosis
yang memuaskan pada bayi bergantung pada:
1) Antisipasi
kematian ibu,bila mungkin
2) Usia
gestasi janin
3) Ketersediaan
petugas dan peralatan yang sesuai
4) Ketersediaan
ventilasi perimortem dan masase jantung bagi ibu
5) Pelahiran
segera dan resusitasi neonates yang efektif.
2. Vagina (sectio caesarea vaginalis
Menurut arah sayatan pada rahim,
sectio caesaria dapat dilakukan apabila :
1) Sayatan memanjang (longitudinal)
2) Sayatan melintang (tranversal)
3) Sayatan huruf T (T Insisian).(obstetric
wiliams.2006,vol.1,)
B. Tinjauan
teoritis keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien dan penanggung
b. Keluhan utama klien saat ini
c. Riwayat kehamilan, persalinan, dan
nifas sebelumnya bagi klien multipara
d. Riwayat penyakit keluarga
e. Keadaan klien meliputi :
1)
Sirkulasi
Hipertensi dan pendarahan vagina
yang mungkin terjadi. Kemungkinan kehilangan darah selama prosedur pembedahan
kira-kira 600-800 mL
2)
Integritas ego
Dapat menunjukkan prosedur yang
diantisipasi sebagai tanda kegagalan dan atau refleksi negatif pada kemampuan
sebagai wanita.Menunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan, ketakutan,
menarik diri, atau kecemasan.
3)
Makanan dan cairan
Abdomen lunak dengan tidak ada
distensi (diet ditentukan).
4)
Neurosensori
Kerusakan gerakan dan sensasi di
bawah tingkat anestesi spinalepidural.
5)
Nyeri / ketidaknyamanan
Mungkin mengeluh nyeri dari berbagai
sumber karena trauma bedah, distensi kandung kemih , efek - efek anesthesia, nyeri
tekan uterus mungkin ada.
6)
Pernapasan
Bunyi paru - paru vesikuler dan
terdengar jelas.
7)
Keamanan
Balutan abdomen dapat tampak sedikit
noda / kering dan utuh.
8)
Seksualitas
Fundus kontraksi kuat dan terletak
di umbilikus.Aliran lokhea sedang.
2. Diagnose
keperawatan
a. Transisi Perubahan proses keluarga
berhubungan dengan perkembangan atau adanya peningkatan anggota keluarga
(Doengoes,2001).
b. Gangguan nyaman : nyeri akut
berhubungan dengan trauma pembedahan (Doengoes,2001).
c. Ansietas berhubungan dengan situasi,
ancaman pada konsep diri, transmisi / kontak interpersonal, kebutuhan tidak
terpenuhi (Doengoes,2001).
d. Harga diri rendah berhubungan dengan
merasa gagal dalam peristiwa kehidupan (Doengoes,2001).
e. Risiko tinggi terhadap infeksi
berhubungan dengan trauma jaringan / kulit rusak (Doengoes,2001)
f.
Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot (Doengoes,2001).
g. Kurang pengetahuan mengenai
perawatan diri dan bayi berhubungan dengan kurang pemajanan informasi, tidak
mengenal sumber-sumber (Doengoes,2001)
h. Perubahan eliminasi urin berhubungan
dengan trauma atau diversi mekanisme efek-efek hormonal/anastesi
(Doengoes,2001)
i.
Kurang perawatan diri berhubungan dengan efek-efek anestesi,
penurunan kekuatan dan ketahanan, ketidatnyamana fisik (Doengoes,2001)
3. INTERVENSI DAN RASIONAL
a.
Dx 1 : Perubahan proses keluarga berhubungan dengan
perkembangan transisi / peningkatan anggota keluarga.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan pasien dapat menerima perubahan dalam keluarga dengan
anggota barunya.
Kriteria hasil :
a) Menggendong bayi, bila kondisi
memungkinkan
b) Mendemontrasikan prilaku kedekatan
dan ikatan yang tepat
c) Mulai secara aktif mengikuti
perawatan bayi baru lahir dengan cepat.
Intervensi
:
a) Anjurkan pasien untuk menggendong,
menyetuh dan memeriksa bayi, tergantung pada kondisi pasien dan bayi, bantu
sesuai kebutuhan,
Rasional : Jam pertama setelah kelahiran
memberikan kesempatan unik untuk ikatan keluarga terjadi karena ibu dan bayi
secara emosional dan menerima isyarat satu sama lain, yang memulai kedekatan
dan proses pengenalan.
b) Berikan kesempatan untuk ayah /
pasangan untuk menyentuh dan menggendong bayi dan Bantu dalam perawatan bayi
sesuai kemungkinan situasi.Rasional : membantu memudahkan ikatan /
kedekatan diantara ayah dan bayi. Memberikan kesempatan untuk ibu memvalidasi
realitas situasi dan bayi baru lahir.
c) Observasi dan catat interaksi
keluarga bayi, perhatikan perilaku yang dianggap menggandakan dan kedekatan
dalam budaya tertentu.Rasional : pada kontak pertama dengan bayi, ibu
menunjukkan pola progresif dari perilaku dengan cara menggunakan ujung jari.
d) Diskusikan kebutuhan kemajuan dan
sifat interaksi yang lazim dari ikatan. Perhatikan kenormalan dari variasi
respon dari satu waktu ke waktu.Rasional : membantu pasien dan pasangan
memahami makna pentingnya proses dan memberikan keyakinan bahwa perbedaan diperkirakan.
e) Sambut keluarga dan sibling untuk
kunjungan sifat segera bila kondisi ibu atau bayi memungkinkan.Rasional : meningkatkan
kesatuan keluarga dan membantu sibling memulai proses adaptasi positif terhadap
peran baru dan memasukkan anggota baru kedalam struktur keluarga.
f) Berikan informasi, sesuai kebutuhan,
keamanan dan kondisi bayi. Dukungan pasangan sesuai kebutuhan.Rasional : membantu
pasangan untuk memproses dan mengevaluasi informasi yang diperlukan, khususnya
bila periode pengenalan awal telah terlambat.
g) Jawab pertanyaan pasien mengenai
protokol, perawatan selama periode pasca kelahiran.Rasional : informasi
menghilangkan ansietas yang dapat menggangu ikatan atau mengakibatkan absorpsi
dari pada perhatian terhadap bayi baru lahir.
b.
Dx 2 : Ketidaknyamanan : nyeri, akut berhubungan dengan
trauma pembedahan.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan ketidaknyamanan ; nyeri berkurang atau hilang.
Kriteria hasil :
a) Mengungkapkan kekurangan rasa nyeri.
b) Tampak rileks mampu tidur.
c) Skala nyeri 1-3
Intervensi
:
a. Tentukan lokasi dan karakteristik
ketidaknyamanan perhatikan isyarat verbal dan non verbal seperti meringis.Rasional
: pasien mungkin tidak secara verbal melaporkan nyeri dan ketidaknyamanan
secara langsung. Membedakan karakteristik khusus dari nyeri membantu membedakan
nyeri paska operasi dari terjadinya komplikasi.
b. Berikan informasi dan petunjuk
antisipasi mengenai penyebab ketidaknyamanan dan intervensi yang tepat.Rasional
: meningkatkan pemecahan masalah, membantu mengurangi nyeri berkenaan
dengan ansietas.
c. Evaluasi tekanan darah dan nadi ;
perhatikan perubahan prilaku.
Rasional : pada banyak pasien, nyeri dapat
menyebabkan gelisah, serta tekanan darah dan nadi meningkat. Analgesia dapat
menurunkan tekanan darah.
d. Perhatikan nyeri tekan uterus dan
adanya atau karakteristik nyeri.
Rasional : selama 12 jam pertama paska partum,
kontraksi uterus kuat dan teratur dan ini berlanjut 2 – 3 hari berikutnya,
meskipun frekuensi dan intensitasnya dikurangi faktor-faktor yang memperberat
nyeri penyerta meliputi multipara, overdistersi uterus.
e. Ubah posisi pasien, kurangi
rangsangan berbahaya dan berikan gosokan punggung dan gunakan teknik pernafasan
dan relaksasi dan distraksi.Rasional : merilekskan otot dan mengalihkan
perhatian dari sensasi nyeri. Meningkatkan kenyamanan dan menurunkan distraksi
tidak menyenangkan, meningkatkan rasa sejahtera.
f. Lakukan nafas dalam dengan
menggunakan prosedur- prosedur pembebasan dengan tepat 30 menit setelah
pemberian analgesik.
Rasional : nafas dalam meningkatkan upaya
pernapasan. Pembebasan menurunkan regangan dan tegangan area insisi dan
mengurangi nyeri dan ketidaknyamanan berkenaan dengan gerakan otot abdomen.
g. Anjurkan ambulasi dini. Anjurkan
menghindari makanan atau cairan berbentuk gas; misal : kacang-kacangan, kol,
minuman karbonat.
Rasional : menurunkan pembentukan gas dan
meningkatkan peristaltik untuk menghilangkan ketidaknyamanan karena akumulasi
gas.
h. Palpasi kandung kemih, perhatikan
adanya rasa penuh. Memudahkan berkemih periodik setelah pengangkatan kateter
indwelling.
Rasional : kembali fungsi kandung kemih normal
memerlukan 4-7 hari dan overdistensi kandung kemih menciptakan perasaan dan
ketidaknyamanan.
c.
Dx 3 : Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman
pada konsep diri, transmisi / kontak interpersonal, kebutuhan tidak terpenuhi.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan ansietas dapat berkurang atau hilang.
Kriteria hasil :
a) Mengungkapkan perasaan ansietas
b) Melaporkan bahwa ansietas sudah
menurun
c) Kelihatan rileks, dapat tidur /
istirahat dengan benar.
Intervensi
:
a. Dorong keberadaan atau partisipasi
pasangan
Rasional : memberikan dukungan emosional; dapat
mendorong mengungkapkan masalah.
b. Tentukan tingkat ansietas pasien dan
sumber dari masalah.
Rasional Mendorong pasien atau
pasangan untuk mengungkapkan keluhan atau harapan yang tidak terpenuhi dalam
proses ikatan/menjadi orang tua. Bantu pasien atau pasangan dalam
mengidentifikasi mekanisme koping baru yang lazim dan perkembangan strategi
koping baru jika dibutuhkan.
Rasional : membantu memfasilitasi adaptasi yang
positif terhadap peran baru, mengurangi perasaan ansietas.
c. Memberikan informasi yang akurat
tentang keadaan pasien dan bayi.
Rasional : khayalan yang disebabkan informasi
atau kesalahpahaman dapat meningkatkan tingkat ansietas.
d. Mulai kontak antara pasien/pasangan
dengan baik sesegera mungkin.
Rasional : mengurangi ansietas yang mungkin
berhubungan dengan penanganan bayi, takut terhadap sesuatu yang tidak
diketahui, atau menganggap hal yang buruk berkenaan dengan keadaan bayi.
d.
Dx 4 : Harga diri rendah berhubungan dengan merasa gagal
dalam peristiwa kehidupan.
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien tidak lagi mengungkapkan
perasaan negatif diri dan situasi
Kriteria
hasil :
a) Mengungkapkan pemahaman mengenai
faktor individu yang mencetuskan situasi saat ini.
b) Mengekspresikan diri yang positif.
Intervensi
:
a. Tentukan respon emosional pasien /
pasangan terhadap kelahiran sesarea.
Rasional : kedua anggota pasangan mungkin
mengalami reaksi emosi negatif terhadap kelahiran sesarea meskipun bayi sehat,
orangtua sering berduka dan merasa kehilangan karena tidak mengalami kelahiran
pervagina sesuai yang diperkirakan.
b. Tinjau ulang partisipasi
pasien/pasangan dan peran dalam pengalaman kelahiran. Identifikasi perilaku
positif selama proses prenatal dan antepartal.Rasional : respon berduka
dapat berkurang bila ibu dan ayah mampu saling membagi akan pengalaman
kelahiran, sebagai dapat membantu menghindari rasa bersalah.
c. Tekankan kemiripan antara kelahiran
sesarea dan vagina. Sampaikan sifat positif terhadap kelahiran sesarea. Dan
atur perawatan pasca patum sedekat mungkin pada perawatan yang diberikan pada
pasien setelah kelahiran vagina.Rasional: pasien dapat merubah persepsinya
tentang pengalaman kelahiran sesarea sebagaiman persepsinya tentang
kesehatannya / penyakitnya berdasarkan pada sikap professional.
e.
Dx 5 : Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan
trauma jaringan / kulit rusak.
Tujuan : infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil :
a. Luka bebas dari drainase purulen
dengan tanda awal penyembuhan.
b. Bebas dari infeksi, tidak demam,
urin jernih kuning pucat.
Intervensi
:
a. Anjurkan dan gunakan teknik mencuci
tangan dengan cermat dan pembuangan pengalas kotoran, pembalut perineal dan
linen terkontaminasi dengan tepat.Rasional : membantu mencegah atau
membatasi penyebaran infeksi.
b. Tinjau ulang hemogolobin /
hematokrit pranantal ; perhatikan adanya kondisi yang mempredisposisikan pasien
pada infeksi pasca operasi.
Rasional : anemia, diabetes dan persalinan yang
lama sebelum kelahiran sesarea meningkatkan resiko infeksi dan memperlambat
penyembahan.
c. Kaji status nutrisi pasien.
Perhatikan penampilan rambut, kuku jari, kulit dan sebagainya Perhatikan berat
badan sebelum hamil dan penambahan berat badan prenatal.Rasional : pasien
yang berat badan 20% dibawah berat badan normal atau yang anemia atau yang
malnutrisi, lebih rentan terhadap infeksi pascapartum dan dapat memerlukan diet
khusus.
d. Dorong masukkan cairan oral dan diet
tinggi protein, vitamin C dan besi.
Rasional : mencegah dehidrasi ; memaksimalkan
volume, sirkulasi dan aliran urin, protein dan vitamin C diperlukan untuk
pembentukan kolagen, besi diperlukan untuk sintesi hemoglobin.
e. Inspeksi balutan abdominal terhadap
eksudat atau rembesan. Lepasnya balutan sesuai indikasi.Rasional : balutan
steril menutupi luka pada 24 jam pertama kelahiran sesarea membantu melindungi
luka dari cedera atau kontaminasi. Rembesan dapat menandakan hematoma.
f. Inspeksi insisi terhadap proses penyembuhan,
perhatikan kemerahan odem, nyeri, eksudat atau gangguan penyatuan.Rasional :
tanda-tanda ini menandakan infeksi luka biasanya disebabkan oleh steptococus.
g. Bantu sesuai kebutuhan pada
pengangkatan jahitan kulit, atau klips.
Rasional : insisi biasanya sudah cukup membaik
untuk dilakukan pengangkatan jahitan pada hari ke 4 / 5.
h. Dorong pasien untuk mandi shower
dengan menggunakan air hangat setiap hari.Rasional :Mandi shower
biasanya diizinkan setelah hari kedua setelah kelahiran sesarea, meningkatkan
hiegenisdan dapat merangsang sirkulasi atau penyembuhan luka.
i.
Kaji suhu, nadi dan jumlah sel darah putih.Rasional : Demam
paska operasi hari ketiga, leucositosis dan tachicardia menunjukkan
infeksi. Peningkatan suhu sampai 38,3 C dalam 24 jam pertama sangat
mengindentifikasikan infeksi.
j.
Kaji lokasi dan kontraktilitas uterus
; perhatikan perubahan involusi atau adanya nyeri tekan uterus yang ekstrem.Rasional
: Setelah kelahiran sesarea fundus tetap pada ketinggian umbilikus selama
sampai 5 hari, bila involusi mulai disertai dengan peningkatan aliran lokhea,
perlambatan involusi meningkatkan resiko endometritis. Perkembangan nyeri tekan
ekstrem menandakan kemungkinan jaringan plasenta tertahan atau infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M.E.
2001, Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC
Errol norwiz,2011,anatomi dan
fisiologi obstetric dan ginekologi,
Gary,F C,2006,Williams obstetric
edisi 21,Jakarta : EGC
Myles textbook for
midwives,2011,Buku ajar bidan Edisi :14,Jakarta :EGC
Muttaqin,A dan
Kumala sari,2008,Buku pre operatif ,Jakarta :EGC
http://firwanintianur93.blogspot.com/2014/01/laporan-pendahuluan-sectio-caesarea.html
http://firwanintianur93.blogspot.com/2014/01/laporan-pendahuluan-sectio-caesarea.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar