WELCOME

WELCOME TO MY BLOG

Senin, 21 Mei 2012

Wisata Alam Tanah Bumbu


Wisata Alam Tanah Bumbu

Sebuah Pulau yang terletak antara laut Jawa dan selat Makassar dan berbatasan dengan Kecamatan Pulau Laut Utara Kabupaten Kotabaru. Luas pulau ± 4500 m2 dengan panjang ± 15 km terletak memisah, kita dapat mengelilingi pulau tersebut naik motor perahu ± 1 jam. Konon kabarnya pada tahun 1970, seorang peneliti dari Amerika pernah mengadakan penelitian, dari hasil penelitian terdapat kandungan nikel dan batubara.
Sumber mata air menjadi pendapatan masyarakat yang bertempat tinggal di pulau ini dengan produksi air bersih rata-rata ± 40m3 per hari, kendati kemarau sumber ini tak pernah kering, dengan kualitas air yang jernih. Di pulau ini terdapat dua buah lubang yang kedalamannya ± 15m mengarah ke dalam dan apabila kita berjalan di atas lubang tersebut terdengar bunyi dengungan yang memantul menandakan bahwa lubang tersebut besar. Menarik untuk menjadi tantangan bagi pecinta alam, serta kita yang ingin menikmati keindahan alam Pulau Sewangi.

Gua Sugung
Sebuah proses alam yang terjadi ratusan tahun yang silam sehingga membentuk sebuah Goa yang diberi nama Goa Sugung, sebuah tempat rekreasi dan tantangan alam yang pas buat kita pecinta alam. Goa ini terletak di Km 44 Jalan Kodeco Kecamatan Mantewe dengan luas ± 12 ha dan jarak dari Ibukota dapat ditempuh ± 2 jam dengan menggunakan kendaraan roda empat dan roda dua, kita dapat merasakan kesejukan saat berada di dalam Goa tersebut

Goa Liang Bangkai
Goa ini terletak di km 37 kecamatan Mantewe, dapat ditempuh ± 1,5 jam dari ibukota Kabupaten dengan menggunakan kendaraan roda empat dan roda dua. Goa ini memiliki beberapa keunikan yaitu berbau bangkai dan banyak terdapat kelelawar, Gua Liang Bangkai juga mempunyai nilai historis. berupa cerita rakyat yang berupa misteri

Pantai Sungai Cuka
Pantai Sungai Cuka terletak di Kecamatan Satui, yaitu ± 84 km dari ibukota Kabupaten Tanah Bumbu. Untuk menuju pantai ini kita dapat naik kendaraan roda dua dan roda empat ± 7 km dari jalan poros (provinsi) di Kecamatan Satui, memerlukan waktu tempuh ± 40 menit.
Menurut cerita penduduk sekitar, pantai ini dulunya bernama pantai Sungai Suka, dengan alasan bahwa dulu ceritanya; setiap akhir tahun orang ramai berdatangan untuk berdagang (Masyarakat Tabunio, Takisung) karena merasa senang makan tersebutlah pantai ini sebagai pantai Sungai Suka. Kemudian karena di sekitar pantai ada tanaman / pohon asam dan rasa buahnya asam, atau cuka, maka entah siapa yang memulainya lambat laun nama pantai ini menjadi pantai Sungai Cuka.
Di pantai ini terdapat teluk yang apabila ditarik garis lurus merupakan batas antara Kabupaten Tanah Bumbu dengan Kabupaten Tanah Laut. Panjang pantai ini ± 1.5 km dengan jumlah penduduk ± 200 jiwa. Pada hari libur banyak masyarakat mengisi waktu beristirahat dan bermain di pantai Sungai Cuka

Pantai Bunati
Objek wisata Pantai Bunati terletak di Kecamatan Angsana sekitar ± 83 km dari lbukota Kabupaten Tanah Bumbu, tepatnya ± 5,5 km dari jalan raya Provinsi di Desa Bunati. Objek wisata ini juga ramai dikunjungi oleh masyarakat pada saat hari libur. Transportasi yang digunakan untuk menuju lokasi adalah kendaraan roda dua dan roda empat dengan waktu tempuh ± 2 jam

Pantai Angsana
Di Pantai Angsana terdapat objek wisata laut, yang biasa disebut terumbu karang dengan luas hamparan ± 15 ha memiliki beberapa jenis terumbu karang yang berkembang. Pantai Angsana merupakan salah satu Objek wisata Bahari yang ada di Tanah Bumbu

Siring Laut Sei Lembu
Suatu tempat persinggahan yang menyenangkan dipadu dengan suasana yang sejuk sejauh mata memandang hamparan laut serta pasir yang memberi suasana tersendiri sehingga tempat ini banyak dikunjungi. Sangat cocok bagi mereka yang menempuh perjalanan jauh.
Tempat ini mampu memberikan kenyamanan untuk menghilangkan rasa penat selama perjalanan. Sebagai pelepas dahaga, di sepanjang siring yang membentang 1500 m dan 30 km dari Ibukota, tersedia aneka makanan dan minuman seperti kelapa muda, jagung bakar serta makanan khas masyarakat tanah bumbu. Pesona alam yang ASRI inilah ciri khas dari tempat persinggahan Siring Sei Lembu Pagatan Tanah Bumbu

Pantai Sungai Dua Laut
Objek wisata Pantai Sungai Dua Laut terletak ± 40 km dari pusat Ibukota Kabupaten Tanah Bumbu, objek wisata ini dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua dan empat ± 1 jam perjalanan. Panjang pantai ini ± 5 km dan luas 20,75 km3. Pantai ini dihuni ± 781 jiwa, rata-rata mereka bekerja sebagai nelayan.
Sore hari masyarakat ramai mengisi waktu istirahatnya dengan bermain di sepanjang pantai ini, dan biasanya pada musim barat tiba (bulan Desember dan Januari) pantai ini ramai dikunjungi untuk memancing.
Di ujung barat pantai ini terdapat sebuah pulau yang disebut “Kandang Haur”, pulau ini menyimpan banyak misteri, konon cerita dari mulut ke mulut warga setempat, tempat ini banyak dihuni oleh makhluk gaib, tak jarang kalau para nelayan mencari ikan di sekitar atau ada kapal yang berlayar di perairan atau di sekitar pulau ini, orang – orang sering melihat sesuatu yang ganjil atau yang aneh

Danau Panas
Begitulah kekuasaan Tuhan dan segala yang terjadi adalah kehendak-Nya, demikian yang terdapat di Desa Sepunggur dan Desa Saradangan Kecamatan Kusan Hilir, lokasi objek wisata ini dapat ditempuh dengan naik transportasi darat dan sungai.
Sumur ini juga terjadi oleh proses alam yang terjadi puluhan tahun yang silam, yang menarik dari sumur ini disamping airnya yang memang panas, air sumur ini rasanya asin. sumur ini juga dianggap sebagian warga memiliki misteri, sehingga tak jarang orang datang berkunjung untuk melepaskan nazarnya, atau sekedar melihat keajaiban sumur ini

ASAL MUASAL PAGATAN KALIMANTAN SELATAN


Asal muasal Pagatan.
Dalam hikayat Banjar disebutkan ketika Pangeran Samudera berperang melawan pamannya Maharaja Tumenggung dari Kerajaan Negara Daha (sekarang wilayah Hulu Sungai) sekitar tahun 1526, nama Pagatan belum ada disebut untuk mengirim bantuan pasukan. Daerah yang disebut pada masa itu antara lain ; Tabunio, Takisung, Asam-asam, Swarangan, Kintap, Satui, dan Laut Pulau (Pulau Laut), dan Pamukan.
Pagatan baru disebut sekitar tahun 1750, dibangun oleh seorang hartawan asal Tanah Bugis, tepatnya dari Wajo (Sulawesi Selatan) bernama Puanna Dekkè. Beliau mulanya berlayar menuju tanah Pasir (Kalimantan Timur). Hatinya tak berkenan disana, sehingga berlayar lagi menyusuri Tanah Bumbu. Akhirnya Beliau menemukan sungai yang termasuk dalam wilayah kuasa Kesultanan Banjar. Selanjutnya Puanna Dekkè bertolak ke Bandarmasih (Banjarmasin) untuk membuka pemukiman kepada Sultan Banjar VII yaitu Panembahan Batu (1734).
Atas jasa seorang bernama La Pangèwa dan pasukannya menggempur pasukan Pangeran Amir bin Sultan Kuning yang menjadi lawan Sultan Banjar VIII, Sultan Tahmidullah II dalam perebutan mahkota kesultanan, La Pangèwa dianugerahi gelar sebagai Kapitan Lav Pulo, semacam Panglima armada laut yang menjaga perairan wilayah kesultanan Banjar. La Pangèwa pun selanjutnya menjadi Raja di daerah yang kini dinamakan Pagatan (Kusan Hilir) yang letaknya memang di bagian hilir sungai Kusan yang bermuara ke laut Jawa. Pada masa selanjutnya wilayah Kerajaan Pagatan disatukan menjadai semacam federasi dengan Kerajaan Kusan yang daerahnya berada di hulu sungai Kusan (sekarang bernama Lasung).
Kerajaan Pagatan merupakan salah satu daerah leenplichtige landschappen dalam Afdeeling Pasir en de Tanah Boemboe. Menurut Staatblaad tahun 1898 Nomor 178, wilayah Afdeeling ini beribukota di Kotabaru (Pulau Laut). Adapun wilayahnya meliputi ; Pasir, Pagatan, Manoenggoel, Bangkala’an dan Tjantoeng (Kelumpang), Sampanahan (Pamukan), Batoe Litjin, Sabamban, dan Poelau Laoeut (Pulau Laut) serta Seboekoe (Pulau Sebuku).
Wilayah Kerajaan Pagatan cukup kecil, hanya merupakan sebuah kecamatan, atau dapat disamakan dengan Lalawangan (Distrik) seperti yang terdapat di wilayah Hulu Sungai (sekarang Benua Enam) pada masa itu. Di wilayah Hulu Sungai pada waktu itu terdiri atas 9 Distrik yaitu ; Tabalong, Kelua (kini masuk Kabupaten Tabalong), Balangan (dulu termasuk Hulu Sungai Utara sebelum jadi Kabupaten), Amuntai (ibukota Hulu Sungai Utara), Alabio (masuk Hulu Sungai Utara), Batang Alai (kini masuk Hulu Sungai Tengah), Negara dan Amandit (Hulu Sungai Selatan), Margasari (Tapin), serta Benua Empat.
Raja-raja Pagatan dan Kusan ;
1. La Pangèwa (1755-1800), Raja Pagatan I bergelar Kapitan Laut Pulo.
2. La Palèbi (1830-1838), Raja Pagatan II.
3. La Paliweng (Arung Abdul Rahim), 1838-1855, Raja Pagatan III.
Pangeran Djaja Soemitra anak dari Pangeran Nafis menjadi Raja Kusan IV (1840-1850), pindah ke kampung Malino, menjadi Raja Pulau Laut I pada tahun 1850 hingga 1861. Sejak tahun 1850 pemerintahan Kerajaan Kusan digabung dengan Kerajaan Pagatan.
4. La Matunra (Arung Abdul Karim), 1855-1863, Raja Pagatan dan Kusan.
5. La Makkarau (1863-1871).
6. Abdul Jabbar (1871-1875).
7. Ratu Senggeng (Daeng Mangkau), 1875-1883.
8. H. Andi Tangkung (Petta Ratu), 1883-1893.
9. Andi Sallo (Arung Abdul Rahman), 1893-1908.
Tiap Lalawangan dipimpin seorang bergelar Kiai Tumenggung, yaitu Kepala Bubuhan yang diakuh Sultan Banjar memimpin daerah tersebut. Demikian pula pada daerah-daerah suku Dayak di Kalimantan Tengah. Raja Pagatan merupakan Kepala ‘Bubuhan’ suku Bugis yang berada di wilayahnya tersebut. Dan Kerajaan Pagatan ini tak bisa disamakan kedudukannya dengan Kerajaan atau Kesultanan Banjar (Negara Dipa) yang sudah ada sejak abad XIV Masehi, yang wilayah kekuasaannya meliputi sebagian besar wilayah Kalimantan.  (all sources)

ASAL- USUL NAMA TANAH BUMBU

ASAL- USUL NAMA TANAH BUMBU

Pada zaman Kerajaan Kuripan yang saat itu mengalami perang saudara, tersebut seorang patih Kerajaan Kuripan yang bernama Patih Aria Manau dan sangat disegani akhirnya pergi menghindar dari kericuhan perang saudara bersama putrinya yang bernama “Putri Pitung” dan dua orang temenggung setia akhirnya tiba di Sadurangas yang kelak berubah nama jadi Kerajaan Pasir.

Kerajaan Pasir berdiri pada tahun 1575, dengan raja pertama adalah Putri Pitung yang kemudian menikah dengan seorang mubaligh dari Giri turunan Arab. Dalam menentukan sebuah kawasan pemukiman Patih Aria Manau berpanutan pada tradisi leluhur yang sudah memberikan ketentuan pada kawasan berlokasi strategis dan subur dengan ciri- ciri “Tanah terasa hangat dan harum”.

Pada awal abad ke 17 Masehi terjadi pemusnahan bandar-bandar Pantai Utara Jawa oleh Sultan Agung, ini mengakibatkan perubahan rute perdagangan ke Maluku yang dahulu melaui Gresik, Bali, Sunda Kecil ke Banda berubah menjadi melalui Kalimantan Selatan, Makasar, Patani, Tiongkok atau Cina. Dengan adanya perubahan rute perdagangan ini menjadikan Banjarmasin sebagai salah satu “Stasiun Antara” dalam perdagangan internasional,

Secara tak langsung perubahan rute perdagangan ini telah menjadikan perairan Kalimantan Tenggara sebagai salah satu alur lalu lintas perdagangan sekaligus sebagai tempat persinggahan bagi para pedagang. Kawasan yang terletak di bagian Tenggara Kalimantan ini kaya akan hasil bumi, baik itu berupa hasil hutan, laut/perairan, tambang dan lain-lain, hingga menjadi daya tarik bagi para pendatang untuk datang ke daerah ini, seperti halnya yang dilakukan oleh orang-orang Bugis, Mandar, Cina dan lain-lain. Selain itu ada sebagian pendatang yang datang hanya untuk melakukan perdagangan, seperti, Perancis dan Inggris banyaknya pendatang yang datang disekitar wilayah ini, mengakibatkan kawasan ini menjadi daerah yang rawan akan tindakan kejahatan yang dilakukan oleh para bajak laut.

Pada pertengahan abad ke 18, di Kalimantan Tenggara di sekitar wilayah Kerajaan Pasir hingga ke arah selatan, mulai berdiri beberapa kerajaan kecil disekitarnya, yang antara lain :
- Kerajaan Dinding Papan di Cantung/Sampanahan
- Kerajaan Cengal
- Kerajaan Batulicin di Batulicin
- Kerajaan Pagatan di Kusan Hilir
- Kerajaan Lasung di Kusan Hulu
- Kerajaan Sebamban di Angsana dan Satui
Latar belakang kerajaan-kerajaan yang terdapat di wilayah Kalimantan Tenggara pada umumnya merupakan bagian dan keturunan dari kerajaan Banjar seperti Kerajaan Pasir (keturunan Raja Pasir akhirnya membentuk kerajaan baru seperti; Kerajaan Dinding Papan di Cantung/Sampanahan dan Cengal), Kerajaan Lasung di Kusan Hulu serta Kerajaan Sebamban di Angsana dan Satui sekitar abad XVIII. Pertengahan abad XVIII datang orang-orang Bugis, dengan seijin Raja Banjar yang berkuasa saat itu akhirnya berdiri sebuah kerajaan baru yaitu Kerajaan Pagatan kemudian diikuti dengan berdirinya Kerajaan Batulicin.
Banyaknya hasil bumi dari daerah ini yang antara lain: rempah-rempah, rotan, damar, gaharu, batu mulia, emas, sarang burung walet, batubara dan lain-lain, mengundang V.O.C. (Belanda) melakukan politik monopoli dagang untuk menguras hasil bumi daerah ini, dengan alasan untuk mengamankan sekitar kawasan daerah ini dari para perompak, V.O.C. datang dengan pasukannya dan sekaligus mencengkramkan kekuasaannya di daerah ini. Selanjutnya pihak V.O.C. menyebut daerah ini dengan nama “Tanah Bumbu”, hal ini dipertegas pihak pemerintahan Kolonial Belanda dalam system tatanan pemerintahannya.

Di bawah pemerintahan Kolonial Belanda, Kalimantan merupakan suatu daerah Gouverment, yang terbagi dalam dua keresidenan, yaitu Westerafdeeling Van Borneo dan Zuider-en Oosterafdeeling Van Borneo. 

Pada tahun 1912, Zuider-en Oosterafdeeling Van Borneo terbagi dalam 5 afdeeling yaitu :
1. Afdeeling Banjarmasin
2. Afdeeling Hulu Sungai
3. Afdeeling Kapuas Barito
4. Afdeeling Samarinda dan Bulungan Berau
5. Afdeeling Kalimantan Tenggara

Afdeeling Kalimantan Tenggara membawahi 3 Onderafdeeling yaitu:
1. Onderafdeeling Pasir
2. Onderafdeeling Pulau Laut
3. Onderafdeeling Tanah Bumbu Selatan

Tahun 1933, Onderafdeeling Pulau Laut, Tanah Bumbu dan Pasir kembali masuk dalam wilayah Afdeeling Banjarmasin dan dilebur menjadi satu Onderafdeeling Pulau Laut dan Tanah Bumbu yang beribukota di Kotabaru yang terdiri dari 3 Kewedanaan yaitu :
1. Kewedanaan Pulau Laut dengan ibukota Kotabaru
2. Kewedanaan Pasir dengan ibukota Tanah Grogot
3. Kewedanaan Tanah Bumbu Selatan dengan ibukota Pagatan.

Hal yang mendukung populernya nama suatu daerah adalah
- Ciri khas daerah itu sendiri dengan aneka ragam sumber daya alamnya
- Berkembangnya penduduk di sekitar kawasan tersebut.
- Gelar/sebutan yang di gunakan orang lain berdasarkan ciri khas daerah.

B. BATAS DAN LUAS WILAYAH
Secara umum masyarakat Kalimatan Selatan mengenal Tanah Bumbu merupakan kawasan yang terdapat di bagian tenggara Kalimantan, yaitu meliputi kawasan bagian selatan Kalimantan Timur antara lain Pasir. Kawasan bagian tenggara Kalimantan Selatan antara lain: Pamukan, Kelumpang, Cantung, Pantai, Batu Besar, Senakin, Batulicin, Pagatan, Satui dan sekitarnya. Tercatat pada klaim wilayah Tanah Bumbu oleh pejuang penuntutan Kabupaten Tanah Bumbu pada tahun 1970, kawasan Tanah Bumbu mencapai daerah kepulauan Sembilan, semakin meluasnya daerah ini akhirnya kawasan ini terbagi dua, yaitu: kawasan Tanah Bumbu Utara dan kawasan Tanah Bumbu Selatan.
- Tanah Bumbu Utara meliputi: Pasir, Grogot, dan Pamukan
- Tanah Bumbu Selatan meliputi: Kelumpang dan sekitarnya, Batulicin,Kusan, Pagatan, Sungai Loban, Sebamban, Satui dan Kepulauan Sembilan.

Namun setelah melalui proses yang cukup panjang dan lama akhirnya Kabupaten Tanah Bumbu terbentuk hanya dengan 5 (lima) kecamatan di dalamnya, yang antara lain adalah:
1. Kecamatan Batulicin dengan ibukota Kampung Baru
2. Kecamatan Kusan Hilir dengan ibukota Pagatan
3. Kecamatan Kusan Hulu dengan ibukota Lasung
4. Kecamatan Satui dengan ibukota Sungai Danau
5. Kecamatan Sungai Loban dengan ibukota Sari Mulya.

Dan berbatasan dengan:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Hampang, Kecamatan Kelumpang Hulu dan Kecamatan Kelumpang Selatan Kabupaten Tanah Bumbu.
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Laut
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Banjar dan Kabupaten Hulu Sungai Selatan.

Dengan luas wilayah: 5.006.96 km2, dan terletak diantara 1150 15” – 1160 04” Bujur Timur dan 02o 52” – 03o 47” Lintang Selatan.

C. PENDUDUK
1.Penduduk Asli
Penduduk asli Tanah Bumbu adalah masyarakat Dayak Bukit yang berdomisili di sepanjang kawasan kaki Pegunungan Meratus dan Dayak Pinggiran/Pesisir mata pencarian masyarakat Dayak Bukit adalah berburu dan berladang berpindah, sedangkan Dayak Pinggiran/Pesisir sebagian merupakan peladang menetap pencari ikan, berdagang dan mencari sarang burung walet.

2.Pendatang Mayoritas
a. Banjar
Masyarakat tertua di kawasan Tanah Bumbu setelah Dayak adalah masyarakat Banjar Kuala dan Banjar Sungaian, yang berasal dari daerah Sungaian yang ada di wilayah Kalimantan terutama Banjarmasin dan Martapura. Masyarakat Dayak yang membaur (melakukan perkawinan) dengan masyarakat pendatang, seperti dari India, Jawa, Arab, Malaka dan lain-lain lebih suka menyebut dirinya dengan suku Banjar Melayu atau Banjar Sungaian, sebagian besar dari mereka memeluk agam Islam yang di siarkan oleh para pendatang dari Jawa, Arab,Gujarat dan Malaka serta rata-rata dari mereka menetap di daerah pingiran/pesisir, sedangkan suku Dayak yang tinggal dipedalaman dan masih menganut agama asal (Animisme atau Kaharingan), Kristen dan Katholik yang di siarkan oleh pendatang dari Eropah (misionaris) dan Kolonial Belanda, mereka lebih suka menyebut dirinya dengan suku Dayak.

Mata pencaharian masyarakat Banjar ini adalah berdagang atau lebih tepatnya melakukan barter dengan para pedagang, yang kebetulan maupun sengaja berlayar melintasi perairan disekitar wilayah Tanah Bumbu. Masyarakat Banjar ini menetap didaerah pesisir, pinggiran sungai dan muara. Sebagian dari mereka bekerja sebagai pemburu, pengumpul hasil hutan seperti: rotan, gaharu, kayu-kayu berkualitas, sarang burung walet, rempah-rempah serta buah-buahan yang menjadi keperluan para pedagang. Pada masa ini juga sangat banyak hasil bumi Kalimantan yang menjadi incaran para pedagang seperti batu mulia dan emas. Sebagai timbal baliknya masyarakat Banjar ini menerima beberapa keperluan hidup bagi mereka seperti kain sutera yang halus, keramik, piring, mangkok, guci, tempayan, perhiasan jadi, gula, garam, beras dan lain- lain. Para pedagang yang sudah melakukan barter ini berasal dari daratan Asia seperti, Cina dan Kamboja.
Ada sebagian masyarakat Banjar yang berasal dari masyarakat Banjar Hulu Sungaian (pedalaman Kalimantan) menyeberang ke Tanah Bumbu dan melintasi pegunungan Meratus lalu menetap di hulu- hulu sungai. Mata pencaharian masyarakat Banjar pedalaman ini adalah berladang dan berburu. Diperkirakan masyarakat Banjar masuk di Tanah Bumbu dari abad 14 hingga abad 16 sejak berkembangnya Kerajaan Banjar dan saat terjadinya perang saudara dikalangan Keluarga Kerajaan.
Terbukanya jalur perdagangan dibeberapa kerajaan di Kalimantan dan Jawa terhadap kerajaan lain di bagian Selatan Asia membuat maraknya arus lintas pelayaran dikawasan perairan Tanah Bumbu.

b. Bugis
Masyarakat Tanah Bumbu merupakan salah satu masyarakat terbesar dan menyebar di setiap bagian pesisir wilayah Kabupaten Tanah Bumbu. Hingga pertengahan abad 18 sebagian besar wilayah Tanah Bumbu merupakan hutan belantara. Meskipun demikian, daerah ini yang secara politis masuk wilayah Kerajaan Banjar tidak berarti tak berpenghuni sama sekali. Di awal abad ke 18 di tempat ini telah datang pedagang-pedagang Bugis yang dipimpin oleh “Matoa Dagang”, dengan demikian sejak itu diwilayah tersebut di duga telah ada perkampungan atau setidaknya ada pemukiman penduduk yang memungkinkan berlangsungnya perekonomian

Ada sebagian pendatang Bugis yang berasal dari Wajo Sulawesi Selatan yang dipimpin Puanna Dekke kemudian menetap dan atas seijin Sultan Banjarmasin yang bergelar Panembahan Batu lalu mendirikan sebuah Kerajaan kecil di daerah Pagatan yaitu bagian Selatan pesisir wilayah Tanah Bumbu sekitar tahun 1761 (dari catatan “Lontara” oleh Kapiten La mattone).

Jauh beberapa tahun sebelumnya dibagian Utara Kalimantan Tenggara sudah terdapat kerajaan yang sudah membaur dengan masyarakat Bugis Gowa Sulawesi Selatan seperti Kerajaan Pasir, Kerajaan Cengal dan Kerajaan Dinding Papan di Cantung. Ada sebagian dari masyarakat Bugis dari daerah-daerah ini yang menyebar dan membaur dengan masyarakat sekitarnya. suku Bugis nelayan diperkirakan datang sekitar 1903 dipimpin oleh La Muhamma kemudian membentuk perkampungan baru dan budaya baru.

3. Pendatang Minoritas
Hal-hal yang mendukung berkembangnya sebuah perkampungan antara lain adalah majunya perdagangan disertai perkembangan jumlah penduduk, memungkinkan berjalannya sistem perekonomian.
Dengan sumber daya alam yang sangat melimpah di Kalimantan sudah mengundang berbagai pihak untuk datang ke wilayah ini selain sebagai pedagang sebagian dari mereka ada yang menetap, berkeluarga dan membangun sebuah hubungan kekeluargaan dengan berbagai kalangan, baik dari kalangan satu suku maupun terhadap suku lainnya hingga akhirnya terjadi pembauran dalam satu masyarakat .
Adapun masyarakat pendatang minoritas antara lain adalah :

a. Arab
Bangsa Arab datang ke Kalimantan termasuk wilayah Tanah Bumbu selain untuk berdagang adalah juga untuk menyiarkan agama Islam, mereka masuk ke Kalimantan sebagian besar melalui daerah- daerah pesisir. Bangsa Arab datang ke Kalimantan Tenggara sekitar abad ke 18 akhir, terbukti dengan adanya Situs Makam Penguasa Daerah Sebamban sekitar Desa Angsana.

b.Cina
Terbukanya alur perdagangan di Kalimantan Timur pada masa pemerintahan Mulawarman sekitar abad ke 5, membuat para saudagar Cina berdatangan saling tukar benda-benda keramik, piring, kain dan lain- lain dengan beberapa hasil bumi Kalimantan hingga akhirnya terjalin hubungan dagang, dari tahun ke tahun semakin banyak pendatang dari Cina ke Kalimantan yang akhirnya bukan hanya untuk berdagang tetapi ada sebagian yang menetap hingga mencapai wilayah Tanah Bumbu.

c. Madura
Diperkirakan suku Madura datang ke Tanah Bumbu dengan jumlah yang agak besar pada tahun 1920-an, mereka datang ke Tanah Bumbu untuk mengadu nasib dikarenakan keterbatasan sumber daya alam di kampung halamannya.
Suku Madura tinggal di kebun-kebun kelapa para keluarga bangsawan dan bekerja sebagai petani penggarap, lingkup kerja mereka sebagai petani penggarap mencakup menebas rumput yang tumbuh setiap 40 hari sekali, memetik buah kelapa (mappaturung) secara berkala, menembok (menggali kembali parit-parit antara pohon kelapa untuk kesuburan), beternak ayam, itik dan sapi.

d. Jawa, Bali dan Lombok
Secara umum masyarakat Jawa, bali dan Lombok datang di Tanah Bumbu pada saat maraknya Program Transmigrasi dari pemerintah antara tahun 1905- 1998.
Ada konteks sejarah yang mengatakan bahwa pada awal zaman Kerajaan Banjar sudah terjalin hubungan kekerabatan yaitu dengan adanya perkawinan Putri Jungjung Buih dengan Raden Putra dari Kerajaan Majapahit dan dari perkawinan ini akhirnya memberikan keturunan baru bagi kerajaan-kerajaan baru di sekitar wilayah Tanah Banjar termasuk Tanah Bumbu.
Hingga pada saat masuknya bangsa asing di kawasan Indonesia, yaitu pada masa kekuasaan Belanda dan Jepang, kawasan ini kembali dimasuki pendatang dari Jawa, Bali, Lombok, Manado dan Ambon yang difasilitasi pihak yang berwenang saat itu.
Sejak tahun 1905, pemerintah Belanda memulai program Kolonisasi, dengan alasan mengatasi kelaparan di beberapa daerah di Pulau Jawa, dan dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga kerja di Pulau Jawa.
Jepang, walaupun hanya memerintah 3,5 tahun, juga melakukan hal yang sama, dengan nama Kokuminggakari, dengan tujuan untuk membangun tentara cadangan dan buruh perkebunan (Romusha) untuk menghasilkan cadangan pangan bagi kebutuhan perang.
Diawal kemerdekaan Indonesia, pemerintah melanjutkan program Pemerataan Penduduk tersebut dengan bertujuan memantapkan Persatuan dan Kesatuan Bangsa, meningkatan kesejahteraan penduduk dan pembangunan daerah, dan lain- lain. Dengan tujuan yang bisa dibuat list yang panjang, kemudian Indonesia melanjutkan program pemerataan penduduk yang di mulai tahun 1950 hingga tahun 1998 dengan nama Transmigrasi.

e. Suku- suku lain yang lebih minoritas
Selain suku Jawa, Bali dan Lombok, masih terdapat beberapa suku minoritas lain yang tinggal dikawasan Tanah Bumbu di mana dalam proses domisilinya didukung oleh masuknya sistem pemerintahan Kolonial Belanda. Suku- suku ini antara lain adalah Manado dan Ambon, bahkan ada yang dari negara lain seperti India, mereka datang sebagai aparat pertahanan dan keamanan pemerintah Kolonial Belanda yang kemudian selanjutnya pada masa kemerdekaan menjadi aparat pemerintahan Republik Indonesia dan menetap, membaur dengan masyarakat lokal.

D. PERKEMBANGAN PEMERINTAHAN
Setelah Sultan Adam (1825-1857) turun dari kerajaan Banjar, suasana politik dikerajaan tersebut semakin memanas termasuk kerajaan yang terdapat di wilayah Tanah Bumbu, pertentangan-pertentangan itu juga membawa akibat terhadap keberadaan Belanda di Banjarmasin. Maka sebelum hal itu terjadi pemerintah Belanda memproklamasikan penghapusan kerajaan Banjar oleh T.N Nieuwenhuizen (komisaris pemerintah Belanda) pada tanggal 11 Juni 1860.
Akan tetapi, proklamasi penghapusan kerajaan Banjar justru melahirkan gerakan perlawanan oleh para bangsawan dan pemimpin agama hingga tahun 1905. Hal ini berakibat dengan kerajaan-kerajaan kecil seperti Kerajaan Sebamban, Kerajaan Pagatan dan Kusan, Kerajaan Batulicin, Kerajaan Pulau Laut, Kerajaan Cantung/Sampanahan, Kerajaan Pasir (bagian timur dan tenggara Kalimantan) yang secara formal politis berada dibawah kerajaan Banjar turut bergejolak, dan dengan sendirinya menolak kesepakatan tersebut. Namun demikian sistem pemerintahan kerajaan di Tanah Bumbu akhirnya dihapuskan pemerintah Belanda antara tahun 1903 dan tahun 1912, seiring dengan berakhirnya perang Banjar tahun 1905.
Pada tahun 1903, Resident De Zuider-en Oosterafdeeling Van Borneo, Ryksman, mengajukan lagi kontrak baru kepada para penguasa kerajaan untuk memperbaharui lagi kontrak yang pernah dibuat. Kontrak baru tersebut bersifat terlalu menghina, sangat membatasi kekuasaan, dan tidak bebas untuk mengatur pemerintahan masing-masing. Untuk harga diri, akibatnya kontrak tersebut tidak di tandatangani. Namun pemerintah kolonial membalas dengan paksaan dan tekanan, sehingga raja-raja tersebut menyerahkan seluruh urusan pemerintahan kepada pihak Belanda.
Dengan Staatsblad 1903 No. 179 yang diberlakukan tanggal 1 Januari 1905, kerajaan-kerajaan kecil di Tanah Bumbu dihapuskan dan langsung masuk wilayah pemerintahan Belanda kecuali Kerajaan Pagatan dan Kusan adapun kerajaan yang telah dihapuskan adalah: Kerajaan Sebamban, Batulicin, Pulau Laut, Kerajaan Cantung/Sampanahan dan Kerajaan Pasir, namun secara resminya kerajaan-kerajaan ini dihapuskan sekitar tahun 1908. Pada tanggal 1 Juli 1912 dengan Staatsblad 1912 No.312, kerajaan Pagatan dan Kusan dihapuskan. 

Dibawah pemerintahan Hindia Belanda, daerah Kalimatan merupakan satu Gouverment yang terdiri dari 2 Keresidenan yaitu Keresidenan Westerafdeeling Van Borneo dan Keresidenan Zuider-en Oosterafdeeling Van Borneo.

Kalimantan (Borneo) dibagi 2 Residen, yaitu :
1. Keresidenan : Weterrafdeeling Van Borneo yang terdiri dari empat Afdeeling yaitu:
a. Afdeeling Pontianak
b. Afdeeling Singkawang
c. Afdeeling Sintang
d. Afdeeling Ketapang

2. Keresidenan Zuideren Oosterrafdeeling Van Borneo
a. Afdeeling Banjarmasin
- Onder Afdeeling Pelaihari
- Onder Afdeeling Marabahan
- Onder Afdeeling Martapura
- Onder Afdeeling Pulau Laut
b. Afdeeling Hulu Sungai
c. Afdeeling Kapuas Barito
d. Afdeeling Samarinda dan Bulungan Berau

Tahun 1912 wilayah keresidenan Zuider-En Oosterafdeeling di mekarkan menjadi 5 (lima) Afdeeling yaitu Afdeeling Kalimantan Tenggara, dimana Pulau Laut termasuk di dalamnya.

e. Wilayah Kalimantan Tenggara
- Pasir
- Pulau Laut
- Tanah Bumbu Selatan

Tahun 1912, kerajaan Pagatan dan Kusan, Batulicin, Sebamban di masukkan ke dalam Onderafdeeling Tanah Bumbu Selatan yang beribukota di Pagatan, dengan demikian Pagatan berkedudukan seorang Kontelir.
Tahun 1933, setelah di tutupnya tambang batubara di Sebelimbingan (Pulau Laut) dan Gunung Batu Besar, Kalimantan Tenggara terdiri dari 3 Onderafdeeling, kemudian berubah menjadi 1 (satu) Onderafdeeling, yakni Onderafdeeling Pulau Laut dan Tanah Bumbu yang masuk kembali ke wilayah Afdeeling Banjarmasin.
Onderafdeeling Pulau Laut dan Tanah Bumbu yang beribukota di Kotabaru terdiri dari 3 kewedanaan, yaitu kewedanaan Pasir, kewedanaan Pulau Laut dan kewedanaan Tanah Bumbu Selatan yang beribukota di Pagatan. Struktur pemerintahan tersebut berlaku hingga Perang Pasifik pecah.
Kemudian Jepang berkuasa di Indonesia, susunan pemerintahan Jepang disesuaikan dengan bentuk kekuasaan saat itu, Kalimantan Tenggara di bawah Keigun/Angkatan Laut. Hirarki pemerintahan Jepang adalah Ken-Kanrekan, Boenker-Kenrikan dan Gon-Tju.
Ken-Kanrekan (asisten residen zaman Hindia Belanda) meliputi wilayah Afdeeling Kotabaru.
Boenker-Kenrikan (kontelir zaman Belanda) meliputi Onderafdeeling-Onderfdeeling Pulau Laut, Tanah Bumbu Selatan dan Tanah Grogot.
Gon-Tju (wedana) sebagai ibukota Tanah Bumbu Selatan, maka Pagatan dibawah pendudukan Jepang berkedudukan seorang Boenker-Kenrikan.
Sistem pemerintahan ke wedanaan di Tanah Bumbu Selatan berlaku hingga tahun 1973, ke wedanaan di ubah menjadi Daerah Pemerintah Kecamatan, dengan demikian di Tanah Bumbu (tanpa Selatan) di adakan Daerah Kawasan Pembantu Bupati.
Tahun 2003, Tanah Bumbu menjadi Pemerintahan Daerah Tingkat II Kabupaten Tanah Bumbu, tepatnya tanggal 27 Januari disetujui dan tanggal 8 April diresmikan.


Rabu, 09 Mei 2012

Pantai pagatan (pagatan beach)

 PAGATAN

Kota Pagatan (toponim: Pagattan/Pegattan) adalah kelurahan yang terletak di Kecamatan Kusan HilirKabupaten Tanah Bumbu, ProvinsiKalimantan SelatanIndonesia.

Desa yang ada dikelurahan pagatan: 






































ASKEP BAYI BARU LAHIR (NEONATUS)

ASKEP BAYI BARU LAHIR (NEONATUS)
A. Definisi
Bayi baru lahir (neonatus) adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir dengan umur kehamilan 38-40 minggu.
Bayi baru lahir yaitu bayi dengan umur kehamilan 38-40 minggu,lahir melalui jalan lahir dengan presentasi kepala secara spontan tanpa gangguan, menangis kuat, nafas secara spontan dan teratur,berat badan antara 2500-4000 gram.
Adaptasi bayi baru lahir
a. Sistem Kardiovaskular
Sistem kardiovaskular mengalami perubahan yang mencolok setelah bayi lahir, dimana foramen ovale,duktus arterious dan duktus venosus menutup. Arteri umbilikalis, vena umbilikalis dan arteri hepatika menjadi ligamen.
Nafas pertama yang dilakukan bayi baru lahir membuat paru-paru berkembang dan menurunkan resistensi vaskular pulmoner, sehingga darah paru mengalir. Tekanan arteri pulmoner menurun menyebabkan tekanan arterium kanan menurun, aliran darah pulmoner kembali meningkat, masuk ke jantung bagian kiri, sehingga tekanan dalam atrium kiri meningkat. Perubahan tekanan ini menyebabkan voramen ovale menutup.
Bila tekanan PO2 dalam darah arteri mencapai sekitar 50 mmHg, duktus arterious akan konstriksi (PO2 janin 27mmHg). Kemudian duktus arterious menutup dan menjadi sebuah ligamen. Tindakan mengklem dan memotong tali pusat membuat arteri umbilikalis, vena umbilikalis dan duktus venosus segera menutup dan berubah menjadi ligamen.
Denyut jantung bayi saat lahir berkisar antara 120-160 kali/menit, kemudian menurun 120-140 kali/menit. Tekanan darah bayi baru lahir rata-rata 78/42 mmHg. Tekanan darah bayi berubah dari hari ke hari. Tekanan sistolik bayi sering menurun sekitar 15mmHg selama 1 jam setelah kelahiran.
b. Sistem Pernapasan
Selama dalam uterus, janin mendapat O2 dari pertukaran gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir pertukaran gas harus melalui paru-paru bayi.
Rangsangan untuk gerakan pernapasan pertama adalah:
v Tekanan mekanis dari thorak saat melewati jalan lahir
v Penurunan Pa O2 dan kenaikan Pa CO2 merangsang khemoreseptor yang terletak pada sinus karotis
v Rangsangan dingin, bunyi, cahaya dan sensasi lain yang merangsang permukaan pernapasan
v Reflek deflasi Hering Breur
Pernafasan pertama pada bayi baru lahir normal dalam waktu 30 detik setelah lahir. Tekanan pada rongga dada bayi pada saat melalui jalan lahir pervaginam mengakibatkan kelahiran kehilangan cairan paru 1/3 dari jumlahnya (jumlah pada bayi normal 80-100 ml). Sehingga cairan ini diganti dengan udara. Pola pernapasan tertentu menjadi karakteristik bayi baru lahir normal yang cukup bulan. Setelah pernafasan mulai berfungsi, nafas bayi menjadi dangkaldan tidak teratur, bervariasi 30-60 kali/menit.
c. Sistem Hematopoiesis
Volume darah bayi baru lahir bervariasi dari 80-110 ml/kg selama hari pertama dan meningkat dua kali lipat pada akhir tahun pertama. Nilai rata-rata hemoglobin dan sel darah merah lebih tinggi dari nilai normal orang dewasa. Hemoglobin bayi baru lahir berkisar antara 14,5-22,5 gr/dl, hematokrit bervariasi dari 44% sampai 72% dan SDM berkisar antara 5-7,5 juta/mm3. Leukosit janin dengan nilai hitungsel daerah putih sekitar 18.000/mm3, merupakan nilai normal saat bayi lahir.
d. Sitem Gastrointestinal
Bayi baru lahir yang cukup bulan mampu menelan, mencerna, memetabolisme, mengabsorbsi protein, karbohidrat sederhana dan mengemulsi lemak. Aktivitas peristaltik esofagus belum dikoordinasi pada awal kelahiran tapi dengan cepat akan menjadi pola yang terkoordinasi dan bayi akan mampu menelan dengan mudah. Bising usus bayi dapat didengar satu jam setelah kelahiran. Konsentrasi bakteri tertinggi terdapat dibagian bawah usus halus terutama di usus besar. Flora normal usus akan membantu sintesis vitamin K, asam folat dan biotin. Kapasitas lambung bervariasi dari 30-90 ml tergantung ukuran bayi, begitu juga untuk waktu pengosongan lambung, ini dapat dipengaruhi oleh waktu pemberian makanan, volume makanan jenis makanan, suhu makanan dan stress psikis.
e. Sistem Imunitas
Ig A yang melindungi membran, lenyap dari traktus napas, urinarius dan gastrointestinal kecuali jika bayi diberi ASI. Bayi yang menyusui mendapat kekebalan pasif dari kolostrum dan ASI. Tingkat proteksi bervariasi tergantung pada usia, kematangan bayi serta sistem imunitas yang dimiliki ibu.
f. Sistem Integumen
Stuktur kulit bayi sudah terbentuk dari sejak lahir, tetapi masih belum matang. Epidermis dan dermis tidak terikat dengan baik dan sangat tipis. Vernik kaseosa juga berfungsi sebagai lapisan pelindung kulit. Kulit bayi sangat sensitif dan dapat rusak dengan mudah. Bayi baru lahir yang cukup bulan memiliki kulit kemerahan yang akan memucat menjadi normal beberapa jam setelah kelahiran. Kulit sering terlihat bercak terutama sekitar ektremitas. Tangan dan kaki sedikit sianotik (Akrosianotik). Ini disebabkan oleh ketidakstabilan vosomotor. Stasis kapiler dan kadar hemoglobin yang tinggi. Keadaan ini normal, bersifat sementara dan bertahan selama 7-10 hari. Terutama jika terpajan pada udara dingin.
g. Sistem Termogenik
Produksi panas pada bayi baru lahir dapat dihasilkan oleh aktivitas metabolisme lemak cokelat. Lemak cokelat memilki vaskularisasi dan persarafan yang lebih kaya daripada lemak biasa sehingga aktivitas metabolisme lipid dalam lemak cokelat dapat menghangatkan bayi baru lahir dengan meningkatkan produksi panas sebesar 100%. Cadangan lemak cokelat biasanya bertahan beberapa minggu setelah bayi lahir dan menurun dengan cepat jika terjadi stress dingin dan bayi tidak matur memiliki cadangan lemak cokelat yang lebih sedikit.
h. Sistem Reproduksi
Saat lahir ovarium bayi wanita berisi beribu-ribu sel germinal primitif yang akan berkurang sekitar 90% sejak bayi lahir sampai dewasa. Peningkatan kadar estrogen selama masa hamil yang diikuti dengan penurunan setelah bayi lahir mengakibatkan pengeluaran bercak darah melalui vagina. Genetalia eksterna biasanya edematosa disertai hiperpigmentasi. Pada bayi prematur, klitoris menonjol dan labia mayora kecil dan terbuka.
Testis turun kedalam skrotum pada 90 % bayi baru lahir laki-laki. Prepusium yang ketat sering kali dijumpai pada bayi baru lahir. Muara uretra dapat tertutup prepusium dan tidak dapat ditarik kebelakang selama 3-4 tahun. Sebagai respon terhadap estrogen ibu, ukuran genetalia bayi baru lahir cukup bulan dapat meningkat begitu juga pigmentasinya. Terdapat rugae yang melapisi kantong skrotum. Hidrokel sering terjadi dan akan mengecil tanpa pengobatan.
Pembengkakan payudara pada bayi baru lahir disebabkan oleh peningkatan estrogen selama masa kehamilan. Pada beberapa bayi baru lahir terlihat rabas encer (witch’s milk), ini tidak memiliki makna klinis, tidak perlu diobati, akan hilang seiring dengan penurunan hormon ibu dalam tubuh bayi.
i. Sistem Neuromuskular
Bayi baru lahir memiliki banyak reflek primitif. Saat reflek muncul dan menghilang menunjukkan kematangan dan perkembangan sistem syaraf yang baik.
Pengkajian Reflek Bayi Baru Lahir
REFLEKS PADA MATA:
1. Berkedip atau Refleks korneal:
Respon prilaku yang diharapkan: Bayi berkedip pada pemunculan sinar terang yang tiba-tiba atau pada pendekatan objek ke arah kornea: harus menetap sepanjang hidup.
Deviasi: Tidak ada kedipan tidak simetris simetris menunjukkan adanya kerusakan pada syaraf kranial II, IV dan V.
2. Pupil: Pupil kontriksi bila sinar terang diarahkan padanya: reflek ini harus ada sepanjang hidup.
Deviasi: Kontriksi tidak sama pupil dilatasi terfiksasi
3. Mata boneka: Ketika kepala digerakkan dengan perlahan ke kanan dan ke kiri, mata normalnya tidak bergerak: reflek ini harus hilang sesuai perkembangan.
Deviasi: Paralis abdusen asimetris
REFLEKS PADA HIDUNG:
1. Bersin: Respon spontan saluran terhadap iritasi atau obstruksi: reflek ini harus menetap sepanjang hidup.
Deviasi: Tidak ada bersin atau bersin terus menerus
2. Glabela: Ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara dua alis mata) menyebabakan mata menutup dengan rapat.
Deviasi: Tidak ada reflek
REFLEKS PADA MULUT DAN TENGGOROKAN
1. Menghisap: Bayi harus memulai gerakan menghisap kuat pada area sirkumolar sebagai respon terhadap rangsang: reflek ini harus tetap ada selama masa bayi, bahkan tanpa rangsangan sekalipun, seperti pada saat tidur.
Deviasi: Menghisap lemah atau tidak ada
2. Muntah: Stimulasi faring posterior oleh makanan, hisapan, atau masuknya selang harus menyebabkan refleksi muntah: reflek ini harus menetap sepanjang hidup
Deviasi: Tidak adanya reflek muntah menunjukkan adanya kerusakan pada syaraf glosoferingeal
3. Rooting: Menyentuh atau menekan dagu sepanjang sisi mulut akan menyebabkan bayi membalikan kepala ke arah sisi tersebut dan mulai menghadap: harus hilang kira-kira pada usia 3-4 bulan, tetapi dapat menetap selama 12 bulan.
Deviasi: Tidak ada refleks, khususnya bila bayi tidak merasa kenyang
4. Ekstrusi:Bila lidah disentuh atau ditekan, bayi berespon dengan mendorongnya keluar: harus menghilang pada usia 4 bulan
Deviasi: Protrusi konstan dari lidah dapat menunjukkan sindrom down
5. Menguap: Respon spontan terhadap penurunan oksigen dengan meningkatkan jumlah udara inspirasi, harus menetap sepanjang hidup.
Deviasi: Tidak ada reflek
6. Batuk: Iritasi membran mukosa laring atau pohon trakeobronkial menyebabkan batuk: reflek ini harus tetap ada sepanjang hidup: biasanya ada setelah hari pertama kelahiran.
Deviasi: Tidak ada reflek
REFLEKS PADA EKSTREMITAS
1. Menggenggam: Sentuhan pada telapak tangan atau telapak kaki dekat dasar jari menyebabkan fleksi tangan dan jari kaki, genggaman telapak tangan harus berkurang setelah usia 3 bulan, digantikan dengan gerakan volunter, genggaman plantar berkurang pada usia 8 bulan.
Deviasi: Fleksi asimetris dapat menunjukkan paralisis
2. Babinski: Tekanan ditelapak kaki bagian luar ke arah atas dari tumit dan menyilang bantalan kaki menyebabkan jari kaki hiperekstensi dan halus dorsofleksi: reflek ini harus hilang setelah usia 1 tahun.
Deviasi: Menetap setelah usia 1 tahun menunjukkan lesi traktur piramidal
3. Klonus Pergelangan kaki: Dorsofleksi telapak kaki yang cepat ketika menopang lutut pada posisi fleksi parsial mengakibatkan munculnya satu sampai dua gerakan oskilasi (denyut). Akhirnya tidak boleh ada denyut yang teraba.
Deviasi: Beberapa denyutan
REFLEKS PADA MASSA/TUBUH
1. Moro: Denyutan atau perubahan tiba-tiba dalam ekuilibrium yang menyebabkan ekstensi dan abduksi ekstremitas tiba-tiba serta mengipaskan jari membentuk huruf “C” diikuti dengan fleksi lemah: bayi mungkin menangis: reflek ini harus hilang setelah usia 3-4 bulan, biasa paling kuat selama 2 bulan pertama
Deviasi: Menetapnya reflek moro 6 bulan terakhir dapat menunjukkan kerusakan otak reflek moro asimetris atau tidak ada dapat menunjukkan cedera pada fleksus brakial, klavikula, atau humerus.
2. Startle: Suara keras yang tiba-tiba menyebabkan abduksi lengan dengan fleksi siku: tangan tetap tergenggam: harus hilang pada usia 4 bulan.
Deviasi: Tidak adanya refleks ini menunjukkan kehilangan pendengaran
3. Perez: Saat bayi tertelungkup pada permukaan keras, ibu jari ditekan sepanjang medula spinalis dari sakrum ke leher: bayi berespon dengan menangis, memfleksikan ekstremitas dan meninggikan pelvis dan kepala: lordosis tulang belakang, serta dapat terjadi defekasi dan urinisasi, hilang pada usia 4-6 bulan.
Deviasi: Signifikasi hampir sama dengan reflek moro
4. Toknik leher asimetris (menengadah): Jika kepala bayi dimiringkan dengan cepat ke salah satu sisi, lengan dan kakinya akan berekstensi pada sisi tersebut dan lengan yang berlawanan dan kaki fleksi,harus hilang pada usia 3-4 bulan, untuk digantikan dengan posisi simetris dari kedua sisi tubuh.
Deviasi: Tidak adanya atau menetapnya reflek ini menunjukkan kerusakan sistem syaraf.
5. Neck-rigthting: Jika bayi terlentang, kepala dipalingkan ke satu sisi: bahu dan batang tubuh membalik ke arah tersebut, diikuti dengan pelvis: menghilang pada usia 10 bulan
Deviasi: Tidak ada: signifikansinya hampir sama dengan reflek tonik pada leher asimetris
6. Otolith-rigthing: Jika badan bayi yang tegak ditengadahkan, kepala kembali tegak, posisi tegak.
Deviasi: Tidak ada:signifikansinya hampir sama dengan tonikleher asimetris
7. Inkurvasi batang tubuh (Galant): Sentuhan pada punggung bayi sepanjang tulang belakang menyebabkan panggul bergerak ke arah sisi yang distimulasi: refleks ini harus hilang pada usia 4 minggu.
Deviasi: Tidak adanya refleks ini menunjukkan lesi medula spinalis.
8. Menari atau melangkah: Jika bayi dipegang sedemikian rupa hingga telapak kaki menyentuh permukaan keras, akan ada fleksi dan ekstensi resiprokal dari kaki, menstimulasi berjalan: harus hilang setelah usia 3-4 minggu, digantikan oleh gerakan yang dikehendaki.
Deviasi: Langkah tidak simetris
9. Merangkak: Bayi bila ditempatkan pada abdomennya (tertelungkup), membuat gerakan merangkak dengan tangan dan kaki: harus hilang kira-kira pada usia 6 minggu.
Deviasi: Gerakan tidak simetris
10. Placing: Bila bayi dipegang tegak dibawah lengannya dan sisi dorsal telapak kaki dengan tiba-tiba ditempatkan diatas objek keras, seperti meja, kaki mengangkat seolah-olah telapak melangkah diatas meja, usia hilangnya refleks ini bervariasi
Deviasi: Tidak ada reflek
Pengkajian fisik bayi baru lahir
1. Posture
a. Inspeksi
Bayi baru lahir akan memperlihatkan posisi didalam rahim selama beberapa hari
b. Riwayat persalinan
Tekanan saat dalam rahim pada anggota gerak atau bahu dapat menyebabkan ketidaksimetrisan wajah untuk sementara atau menimbulkan tahanan saat ekstremitas akstensi.
2. Tanda-tanda vital
a. Suhu: aksila 36,5-37°C, suhu stabil setelah 8-10 jam kelahiran
b. Frekuensi Jantung: 120-140 denyut/menit, bisa tidak teratur untuk periode singkat, terutama setelah menangis
c. Pernafasan: 30-60 kali/menit
d. Tekanan Darah:
Ø 78/42mmHg
Ø Pada waktu lahir, sistolik 60-80mmHg dan diastolik 40-50mmHg
Ø Setelah 10 hari, sistolik 95-100mmHg dan diastolik sedikit meningkat
Ø Tekanan darah bayi baru lahir bervariasi seiring perubahan tingkat aktivitas (terjaga,menangis atau tidur )
3. Pengukuran umum
a. Berat: berat badan lahir 2500-4000gr
b. Panjang badan: dari kepala sampai tumit 45-55cm
c. Lingkar kepala: diukur pada bagian yang terbesar yaitu oksipito-frontalis 33-35cm
d. Lingkar dada: mengukur pada garis buah dada, sekitar 30-33cm
e. Lingkar abdomen: mengukur di bawah umbilikalis, ukuran sama dengan lingkaran dada.
4. Integumen
a. Warna: biasanya merah muda, ikterik fisiologis dialami oleh 50% bayi cukup bulan dan hiperpigmentasi pada areola, genetalia dan linia nigra. Perubahan warna normal seperti akrosianosis-sianosis tangan dan kaki dan kurtis marmorata- motting sementara ketika bayi terpapar suhu rendah.
b. Kondisi: hari kedua sampai ketiga, mengelupas, kering. Tidak terdapat edema kulit, beberapa pembuluh darah terlihat jelas di abdomen. Vernik kaseosa, putih seperti keju, tidak berbau dengan jumlah dan tempat yang bervariasi, Lanugo di daerah bahu, pinna, telinga dan dahi dengan jumlah yang bervariasi
c. Turgor kulit: dengan mencubit kulit bagian daerah perut dan paha bagian dalam, turgor kulit baik saat kulit segera kembali kekeadaan semula setelah cubitan dilepas. Indikator terbaik untuk dehidrasi adalah kehilangan berat badan pada bayi baru lahir kehilangan 10% BB setelah lahir adalah normal.
5. Kepala
a. Kulit kepala: rambut keperakan, helai rambut satu-satu, jumlah bervariasi. Kadang terdapat kaput suksedaneum: bisa memperlihatkan adanya ekimosis
b. Bentuk dan ukuran: ukuran kepala bayi baru lahir seperempat panjang tubuh, kadang sedikit tidak simetris akibat posisi dalam rahim.
c. Fontanel: fontanel anterior bentuk berlian, 2-5 sampai 4,0 cm. Fontanel posterior bentuk segitiga 0,5 sampai 1 cm. Fontanel harus datar, lunak dan padat.
d. Sutura: teraba dan tidak menyatu
6. Mata
a. Letak: pada wajah dengan jarak antar mata masing-masing 1/3 jarak dari bagian luar kantus ke bagian luar kantus yang lain.
b. Bentuk dan ukuran: ukuran dan bentuk simetris, kedua bola mata ukuran sama, refleks kornea sebagai respons terhadap sentuhan, refleks pupil sebagai respo terhadap cahaya, reflek berkedip sebagai respon terhadap cahaya atau sentuhan. Gerakan bola mata acak, dapat fokus sebentar, dan dapat melihat kearah garis tengah.
7. Hidung
Berada di garis tengah wajah, tampak tidak ada tulang hidung, datar, lebar, terdapat sedikit mucus tetapi tidak ada lender yang keluar. Kadang bersin untuk membersihkan hidung.
8. Telinga
Terletak pada garis sepanjang kantus luar, terdiri dari tulang rawan padat, berespon terhadap suara dan bayi.
9. Mulut
Gerakan bibir simetris , gusi berwarna merah muda, palatum lunak dan palatum keras utuh, uvula digaris tengah, terdapat reflek menghisap, rooting dan ekstrusi.
10. Leher
Leher pendek, dikelilingi lipatan kulit dan tidak terdapat selaput. Kepala terdapat digaris tengah. Muskulus strenokleidomastoideus sama kuat dan tidak teraba massa, bebas bergerak dari satu sisi ke sisi lain, terdapat reflek leher tonik, reflek neck-righting dan reflek orolith-ligthing.
11. Dada
Bentuk hampir bulat (sperti tong), gerakan dada simetris, gerakan dada dan perut sinkron dengan pernapasan. Putting susu menonjol dan simetris, nodul payudara sekitar 6 mm pada bayi cukup bulan.
12. Abdomen
Bentuk abdomen bulat, menonjol, hati teraba 1-2 cm di bawah batas iga kanan. Tidak teraba massa, tidak distensi. Bising usus terdengar 1-2 jam setelah lahir, mekonium keluar 24-28 jam setelah lahir. Batas antara tali pusat dan kulit jelas, tidak terdapat usus halus didalamnya, tali pusat kering didasar dan tidak berbau.
13. Genetalia
a. Wanita: labia dan klitoris biasanya edema, labia minora lebih besar dari labia mayora, meatus uretral di belakang klitoris, vernika kaseosa di antara labia, berkemih dalam 24 jam.
b. Laki-laki: lubang uretra pada puncak glen penis, testis dapat diraba di dalam setiap skrotum, skrotum biasanya besar, edema, pendulus, dan tertutup dengan rugae, biasanya pigmentasi lebih gelap pada kulit kelompok etnik. Smegma dan berkemih dalm 24 jam
c. Periksa anus ada atau tidak menggunakan termometer anus
14. Ekstremitas
Mempertahankan posisi seperti dalam rahim. Sepuluh jari tangan dan jari kaki, rentang gerak penuh, punggung kuku merah muda, dengan sianosis sementara segera stelah lahir. Fleksi ekstremitas atas dan bawah. Telapak biasanya datar, Ekstremitas simetris, Tonus otot sama secara bilateral, Nadi brakialis bilateral sama.
EVALUASI APGAR PADA BAYI BARU LAHIR
No. TANDA 0 1 3
1. Frekuensi jantung Tidak ada Dibawah 100 Diatas 100
2. Upaya pernapasan Tidak ada Lambat, tidak teratur Baik, menangis
3. Tonus otot Lemah Beberapa fleksi tungkai Gerakan aktif
4. Respon terhadap kateter dalam lubang hidung (diuji sesudah osofaring bersih) Tidak ada respon Menyeringai Batuk atau bersin
5. Warna Biru,pucat Tubuh merah muda,tungkai biru Seluruhnya merah muda
Asfiksia : Bayi tidak dapat segera bernapas spontan dan teratur setelah lahir.
Asfiksia berat : Apgar skor = 0-3
Asfiksia ringan: Apgar skor =4-6
Penatalaksanaan
1. mengeringkan dengan segera dan membungkus bayi dengan kain yang cukup hangat untuk mencegah hipotermi.
2. Menghisap lendir untuk membersihkan jalan nafas sesuai kondisi dan kebutuhan.
3. Memotong dan mengikat tali pusat, memberi ntiseptik sesuai ketentuan setempat.
4. Bonding Attacment (kontak kulit dini) dan segera ditetekan pada ibunya.
5. Menilai apgar menit pertama dan menit kelima
6. Memberi identitas bayi: Pengecapan telapak kaki bayi dan ibu jari ibu, pemasangan gelang nama sesuai ketentuan setempat
7. Mengukur suhu, pernafasan, denyut nadi.
8. Memandikan/membersihkan badan bayi, kalau suhu sudah stabil (bisa tunggu sampai enam jam setelah lahir)
9. Menetesi obat mata bayi untuk mencegah opthalmia – neonatorum.
10. Pemerikksaan fisik dan antropometri.
11. Pemberian vitamin K oral/parenteral sesuai kebijakan setempat.
12. Rooming in (rawat gabung): penuh atau partial.
Diagnosa keperawatan dan intervensi pada bayi baru lahir
1. Tidak efektif bersihan jalan napas berhubungan dengan mucus berlebihan, posisi tidak tepat
Intervensi keperawatan
1. Hisap mulut dan naso faring dengan spuit bulb sesuai kebutuhan
2. Tekan bulb sebelum memasukkan dan mengaspirasi faring, kemudian hidung untuk mencegah aspirasi cairan
3. Dengan alat penghisap mekanis, batasi setiap upaya penghisapan sampai lima detik dengan waktu yang cukup antara upaya tersebut memungkinkan reoksigenisasi
4. Posisikan bayi miring ke kanan setelah memberikan makan untuk mencegah aspirasi
5. Posisikan bayi telungkup atau miring selama tidur
6. Lakukan sedikit mungkin prosedur pada bayi selama jam pertama dan sediakan oksigen untuk digunakan bila terjadi distress pernapasan
7. Ukur tanda vital sesuai kebijakan institusional dan lebih sering bila perlu. Observasi adanya tanda-tanda distres pernapasan dan laporkan adanya hal berikut dengan segera: tacipnea, mengorok, stridor, bunyi napas abnormal, pernapasan cuping hidung, sianosis.
8. Pertahankan popok, pakaian dan selimut cukup longgar untuk memungkinkan ekspansi paru maksimum (abdomen) dan untuk menghindari terlalu panas
9. Bersihkan lubang hidung dari sekresi kering selama mandi atau bila perlu.
10. Periksa kepatenan lubang hidung.
2. Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur, perubahan suhu lingkungan.
Intervensi keperawatan:
1. Selimuti bayi dengan rapat dalam selimut hangat
2. Tempatkan bayi dalam lingkungan yang dihangatkan sebelumnya di bawah penghangat radian atau di dekat ibu
3. Tempatkan bayi pada permukaan yang diberi bantalan dan penutup
4. Ukur suhu bayi pada saat tiba di tempat perawatan atau kamar ibu: lakukan sesuai kebijakan rumah sakit mengenai metode dan frekuensi pemantauan
5. Pertahankan temperatur ruangan antara 24°C-25,5°C dan kelembaban sekitar 40% sampai 50%
6. Berikan mandi awal sesuai kebijakan rumah sakit, cegah menggigil pada bayi sebelum mandi dan tunda mandi bila ada pertanyaan mengenai stabilisasi suhu tubuh
7. Beri pakaian dan popok pada bayi dan bedong dalam selimut
8. Berikan penutup kepala pada bayi bila kehilangan panas menjadi masalah karena area permukaan besar dari kepala memungkinkan terjadinya kehilangan panas
9. Buka hanya satu area tubuh untuk memeriksa atau prosedur
10. Waspada terhadap tanda hipotermia atau hipertermia.
3. Resiko tinggi infeksi atau inflamasi berhubungan dengan kurangnya pertahanan imunologis, faktor lingkungan, penyakit ibu
Intervensi keperawatan:
1. Cuci tangan sebelum dan setelah merawat setiap bayi
2. Pakai sarung tangan ketika kontak dengan sekresi tubuh
3. Periksa mata setiap hari untuk melihat adanya tanda-tanda inflamasi
4. Jaga bayi dari sumber potensial infeksi
5. Bersihkan vulva pada arah posterior untuk mencegah kontaminasi fecal terhadap vagina atau uretra
4. Resiko tinggi trauma berhubungan dengan ketidakberdayaan fisik
Intervensi keperawatan:
1. Hindari penggunaan termometer rektal karena resiko perforasi rektal
2. Jangan pernah meninggalkan bayi tanpa pengawasan di atas permukaan tinggi tanpa pagar
3. Jaga agar objek tajam atau runcing berada jauh dari tubuh bayi
4. Jaga agar kuku jari sendiri tetap pendek dan tumpul, hindari perhiasan yang dapat melukai bayi
5. Lakukan metode yang tepat dalam penanganan dan pemindahan bayi
5. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan imaturas, kurangnya pengetahuan orang tua
Intervensi keperawatan:
1. Kaji kekuatan menghisap dan koordinasi dengan menelan untuk mengidentifikasi kemungkinan masalah yang mempengaruhi makan
2. Berikan masukan awal sesuai keinginan orang tua, kebijakan RS dan protokol praktisi
3. Siapkan untuk pemberian makan yang dibutuhkan dari bayi yang minum ASI, pemberian makan malam ditentukan oleh kondisi dan keinginan ibu
4. Berikan yang makan dengan botol 2-3 formula setiap 3-4 jam atau sesuai kebutuhan
5. Dukung dan bantu ibu menyusui selama pemberian makan awal dan lebih sering bila perlu
6. Hindari pemberian makan suplemen atau air rutin untuk bayi yang minum ASI
7. Dorong ayah atau orang tua pendukung lain untuk tetap bersama ibu untuk membantu ibu dan bayi dalam merubah posisi, relaksasi dll
8. Dorong ayah atau orang pendukung lain untuk berpartisipasi dalam pemberian makan dengan botol
9. Tempatkan bayi miring ke kanan setelah makan untuk mencegah aspirasi
10. Observasi pola feces
6. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis maturasi, kelahiran bayi cukup bulan, perubahan dalam unit keluarga
Intervensi
1. Segera mungkin setelah kelahiran dorong orang tua untuk melihat dan menggendong bayi, tempatkan bayi baru lahir dekat ke wajah orang tua untuk menciptakan kontak sosial
2. Idealnya lakukan perawatn mata setelah pertemuan awal bayi dengan orang tua, dalam 1 jam setelah kelahiran bila bayi terjaga dan paling mungkin untuk berhubungan secara visual dengan orang tua
3. Identifikasikan untuk orang tua prilaku khusus yang ditunjukkan pada bayi (mis: kesadaran, kemampuan untuk melihat, penghisapan yang kuat, rooting dan perhatiakn pada suara manusia)
4. Izinkan saudara kandung untuk berkunjung dan menyentuh bayi baru lahir bila mungkin
5. Jelaskan perbedaan fisik pada bayi baru lahir, seperti kepala botak, potongan tali pusat dan klemny dll
6. Jelaskan pada saudara kandung harapan realistis mengenai kemampuan pada bayi baru lahir contoh: memerlukan perawatan komplit, bukan teman bermain
7. Dorong saudara kandung untuk berpartisipasi dalam perawatan dirumah agar mereka merasa menjadi bagian dari pengalaman
8. Dorong orang tua untuk menghabiskan waktu dengan anak-anaknya yang lain dirumah untuk mengurangi perasaan cemburu terhadap saudara baru
Implikasi Keperawatan
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pada bayi lahir normal umumnya tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium, namun kadang-kadang dengan dengan riwayat kehamilan dan kondisi tertentu perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi tertentu perlu dilakukan pemeriksaan sesuai indikasi dan kebijakan setempat antara lain:
1. Gula darah sewaktu untuk mendeteksi secara dini adanya hipoglikemia pada bayi dengan kondisi tertentu.
Diagnosa keperawatan:
Beresiko gangguan neurologi berhubungan dengan hipoglikemia.
Hasil yang diharapkan, hipoglikemia terdeteksi secara dini dan teratasi sehingga tidak terjadi kerusakan / gangguan neurologik.
Intervensi keperawatan:
a. Tingkatkan termoregulasi untuk memenuhi kebutuhan glukosa.
b. Observasi ketat kondisi umum bayi
c. Beri minum dan pengobatan segera sesuai kondisi bayi.
2. Bilirubin direk dan indirek, golongan darah A B O dan rhesus faktor, Hb, Ht, leko dan trombosit, untuk yang ada indikasi.
Diagnosa keperawatan:
a. Potensial infeksi sehubungan dengan adanya perlukan pada kulit.
Intervensi keperawatan:
• Melakukan tindakan dengan memenuhi standar aseptik dan antiseptik
• Menjaga kebersihan kulit bayi
• Mengobservasi dan mencatat dengan baik sebelum dan sesudah merawat setiap bayi
b. Cemas (orang tua) berhubungan dengan prosedur pemeriksaan laboratorium pada bayi.
• Kaji pengetahuan dan kekhawatiran orang tua tentang perlunya pemeriksaan laboratorium.
• Beri penjelasan dengan bahasa yang mudah diterima orang tua tentang perlunya dan prosedur pemeriksaan.
• Informasikan hasil pemikiran kepada orang tua secepat mungkin
• Beri pendampingan dan dukungan sesuai kebutuhan
b. Obat-obatan
1. Vitamin K Vitamin K penting untuk mempertahankan mekanisme pembekuan darah yang normal.pada bayi yang baru lahir, karena usus yang amsih steril, bayi belum mampu membentuk vitamin K nya sendiri untuk beberapa hari pertama, begitu juga bagi bayi yang mendapat ASI secara eksklusive juga beresiko mengalami kekurangan vitamin K Fakta menunjukan cukup banyak bayi baru lahir mengalami pendarahan terutama di otak dan saluran cerna, oleh karena itu bayi perlu diberi vitamin K sebagai tindakan pencegahan terhadap pendarahan.
Vitamin K yang diberikan yaitu vitamin K1 (phytonadione) untuk meningkatkan pembentukan promthrombin. Pemberiannya biasa secara parental, 0,5 – 1 mg i.m dengan dosis satu kali segera setelah lahir (sebelum 24 jam). Pemberian vitamin K1 bisa juga secara oral denagan ketentuan 2 mg apabila berat badan lahir lebih dari 2500 gram segera setelah lahir dan diulangi dengan dosis yang sama (2 mg) pada hari keempat. Bila berat badan lahir kurang dari 2500 gram, dosis yang dianjurkan adalah 1 mg dengan cara pemberian yang sama yaitu hari pertama dan ke empat setelah lahir.
Diagnosa keperawatan:
Beresiko aspirasi berhubungan dengan muntah setlah pemberian obat.
Intervensi keperawatan:
a. Beritahu orang tua (ibu) tentang kebijakan pemberian obat vitamin K1
b. Beri obat secara hati-hati agar tidak tersedak
c. Bayi ditidurkan pada posisi miring (side position) setelah minum
d. Observasi bayi secara rutin
e. Pada pemberian oral, ingatkan pada ibu perlu dosis ulangan pada hari keempat
2. Tetes / zalf mata Pada bayi baru lahir yang normal, walaupun belum terdeteksi adanya masalah, kadang-kadang perlu juga memberikan obat-obatan tertentu sebagai tidakan pencegahan yang rutin. Obat profilaksis yang rutin diberikan adalah:
1. Vitamin K
2. Tetes / zalf mata
Pada bayi baru lahir secara rutin diberikan tetes mata nitrat perak 1% atau eritromycin tetes mata untuk mencegah oftalmia neonatorum.
Pada situasi tidak tersedianya nitrat perak 1% atau erytromycin dapat diberikan obat tetes / zalf mata dari jenis antibiotika lain, misalnya garamicin. Terramicin, kemicetin atau tetracilin tetes /zalf mata diberikan pada kedua belah mata, obat diteteskan pada bagian dalam dari konjungtiva kelopak bawah mata. Dosis umumnya masing-masing mata satu tetes.
Intervensi keperawatan:
a. Jaga kebersihan mata bayi
b. Cuci tangan secara rutin sebelum dan sesudah merawat bayi.
c. Pastikan obat yang dipakai tepat konsentrasinya dan dalam kondisi baik
d. Beri tetes / zalf mata setelah bayi kontak pertama dengan ibu, karena terutama zalf mata dianggap dapat menghambat proses bonding dan attachment karena mengaburkan pandangan bayi (menghalangi eye contact)
e. Observasi tanda-tanda inveksi mata atau reaksi alergi
f. Dokumentasikan semua dengan singkat dan tepat.
Perawatan setelah bayi pulang kerumah:
Beri pengetahuan kepada keluarga:
1. Anjurkan ibu untuk memberikan ASI minimal 2 atau 3 jam sekali,namun jika bayi memerlukan lebih dari itu maka sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan bayi.
2. Anjurkan pada keluarga untuk menjemur bayi 5 sampai 10 menit tiap pagi hari.
3. Anjurkan kepada keluarga untuk selalu merawat tali pusat selama tali pusat belum lepas.
4. Anjurkan keluarga untuk selalu memandikan bayi atau selalu memperhatikan kebersihan bayi.
5. Anjurkan keluarga untuk selalu memberikan imunisasi kepada anak mereka.